Sabtu, 11 Desember 2010

Batas Status Yatim

Status yatim seseorang berakhir apabila padanya terjadi dua hal yakni:

1. Ibu si yatim telah menikah lagi, sehingga si yatim tersebut telah ada yang mengurusi dan menanggung nafkahnya karena dia telah memiliki ayah baru.

2. Sudah mencapai usia baligh,
Sayyidina Ali ra telah menceritakan hadis berikut:
Hafizhtu 'an rosulillaahi shallallaahu 'alaihi wa sallam: Laa yutma ba'dahtilaamii wa laa shumaata yaumiin ilal laili.
Artinya: Aku masih ingat sabda Rasulullah saw yang mengatakan: "Tidak ada status yatim sesudah usia baligh, dan tidak boleh membungkam diri sepanjang hari hingga malam hari." (Riwayat Abu Dawud)

Rabu, 08 Desember 2010

Taushiyah Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi

Beliau ra berkata:

Kebodohan zamanku membawa kesedihan dan kegundahan
Bagaimana penduduk zaman telah mengabaikan ilmu
Aku heran dengan orang yang rela dengan kejahilannya
Sedangkan tuhan memberinya pemahaman dari anugerah-Nya


Beliau ra berkata:

Dalam menuntut ilmu yang mulia, tempuhlah
dengan bersungguh-sungguh, semangat dan meninggalkan
kebiasaan
Di dalam ilmu terdapat cahaya dan keindahan bagi hati
Kebaikannya bagi hamba sebaik-baik kebaikan
Dengannya manusia 'kan mengenal hak Tuhannya
Dan dengannya 'kan mendapat petunjuk yang tersesat dan
kenyanglah orang yang kehausan
jika kalian ingin menghafal apa yang kalian ketahui
Maka hal itu dengan mengulangi pelajaran dan menyebutnya
berkali-kali



Sabtu, 19 Juni 2010

TETAP BERSAMA KOMUNITAS KAUM MUSLIMIN DAN MENGIKUTI SALAFUS SALEH

Ketahuilah, bahwa Rasulullah SAW telah memerintahkan ketika terjadi perselisihan pendapat agar kita tetap bersama golongan yang terbanyak, yaitu mayoritas kaum muslimin, dan beliau mengabarkan bahwa umatnya terhindar dari persatuan di atas kesesatan atau kesalahan dalam agama. Beliau telah bersabda: "Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu di atas kesesatan. jika kalian melihat perselisihan, maka kalian harus tetap bersama golongan yang terbanyak." (HR. Ibn Majah)
Al-'Allamah As-Sindi berkata dalam penjelasannya tentang kalimat as-sawadul a'zham "Artinya komunitas yang banyak, sebab kesepakatan mereka lebih dekat kepada ijma." Imam As-Suyuthi berkata: "Artinya kelompok manusia dan mayoritas mereka yang bersatu di atas jalan yang lurus, dan hadis tersebut menunjukkan selayaknya mengamalkan pendapat mayoritas."
Rasulullah SAW juga bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menyatukan umatku di atas kesesatan selama-lamanya, dan tangan Allah bersama jama'ah. Maka ikutilah golongan yang terbanyak. Siapa yang menyimpang, dia akan menyimpang ke dalam neraka." (HR. At-Turmudzi , Ath-Thabrani, Al-Hakim) Demikian pula sabda beliau: "Aku meminta kepada Tuhanku semoga umatku tidak bersatu di atas kesesatan. Lalu Dia memberikannya kepadaku." (HR. Ahmad)
Para ulama mengatakan: Al-hamdulillah golongan Ahlussunnah dari sejak masa pertama sampai hari ini merupakan golongan terbanyak. Maka dengan demikian benarlah bahwa mereka adalah golongan yang selamat yang tetap berpegang teguh dengan Al-Quran, sunnah dan apa yang dipegang teguh oleh para pendahulu umat dari golongan sahabat, tabi'in dan para imam mujtahid yang terkemuka. Kepadanya isyarat Rasulullah SAW dalam sabdanya: "Sesungguhnya Bani Israel telah terpecah menajdi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan." Para sahabat bertanya: "Siapa mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Yang mengikuti jejakku dan para sahabatku." (HR. Abu Dawud, At-Turmudzi, Ibn Majah, Ahmad)

Jumat, 04 Juni 2010

HAK RASULULLAH SAW ATAS UMATNYA

Ketahuilah, bahwa hak Rasulullah SAW atas umatnya adalah hak yang paling besar dan paling wajib dilaksanakan sesudah hak Allah SWT.
Diantara hak beliau atas mereka adalah:
Pertama, kewajiban mengikuti sunnahnya, menolong agamanya dan membela syariatnya. Allah SWT berfirman:"Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.'" (Ali Imran: 31) Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang berpegang teguh dengan sunnahku ketika umatku rusak, baginya pahala satu orang yang mati syahid." Dan beliau bersabda: "Siapa yang melestarikan sunnahku berarti dia mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku, pasti dia bersamaku di dalam surga."
Kedua, kewajiban mencintai dan mengasihinya hingga beliau menjadi orang yang paling dicintai seorang mukmin daripada dirinya sendiri, anaknya dan seluruh makhluk.
Ketiga, kewajiban mencintai keluarga (ahli bait)nya, sahabat-sahabatnya dan anak cucu (dzurriyah)nya. Beliau bersabda: "Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku menjadi orang yang paling dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya." Dan beliau bersabda: "Cintailah Allah karena Dia telah memberikan banyak karunia pada kalian. Dan cintailah aku karena kalian mencintai Allah dan cintailah keluargaku karena kalian mencintai aku." Rasulullah SAW bersabda: "Allah, Allah (cintalah) pada sahabat-sahabatku. Janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran kebencian sesudahku. Maka siapa yang mencintai mereka berarti karena mencintaiku dia mencintai mereka. Dan siapa yang membenci mereka berarti karena membenciku dia membenci mereka. Siapa yang menyakiti mereka berarti dia menyakitiku, siapa yang menyakitiku berarti dia menyakiti Allah, dan siapa yang menyakiti Allah, maka hampir dipastikan Allah akan menyiksanya."
Keempat, diantara hak beliau atas mereka adalah kewajiban mengagungkan dan menghormatinya, dan Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut di dalam kitab-Nya. Allah SWT befirman: "Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)nya dan membesarkannya." (Al-Fath: 8-9) Artinya memuliakannya dan sangat mengagungkannya. Sebab mengagungkannya termasuk mengagungkan Allah, sebagaimana menaatinya adalah esensi menaati Allah dan mencintainya adalah esensi mencintai Allah. Allah SWT berfirman: "Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah." (An-Nisa: 80) Allah SWT berfirman: "Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah." (Al-Fath: 48) dan Allah berfirman: "Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan megampuni dosa-dosamu." (Ali Imran: 31)
Para sahabat ra adalah teladan terbaik dalam hal mencintai dan menghormatinya. Di antara contohnya dalam kisah perjanjian Hudaibiyah manakala kaum Quraisy mengutus Urwah bin Mas'ud as-Tsaqafi kepada Rasulullah SAW. Lalu ia melihat bagaimana para sahabat menghormati beliau. Manakala kembali kepada kaum Quraisy, ia berkata: "Hai kaumku, demi Allah, aku pernah diutus kepada Kisra, Kaisar dan Najasy. Namun aku sama sekali tidak pernah melihat seorang raja yang diagungkan oleh sahabat-sahabatnya sebagaimana sahabat-sahabat mengagungkan Muhammad. Tidaklah dia meludah satu kali pun kecuali ludah itu jatuh ke telapak tangan salah seorang dari mereka, lalu ia mengusapkannya ke wajah dan tangannya. Jika dia memerintahkan mereka dengan satu perintah, mereka berebut melaksanakannya. Jika dia berwudhu, mereka hampir saling berkelahi memperebutkan air bekas wudhunya. Jika dia bicara mereka merendahkan suara mereka di sisinya dan mereka tidak menajamkan pandangan kepadanya karena sangat menghormatinya."
Kelima, di antara hak beliau adalah memperbanyak ucapan shalawat dan salam kepada beliau. Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut di dalam kitab-Nya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (al-Ahzab:56). Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali dan menghapus daripadanya sepuluh kesalahan." Dan beliau bersabda: "Orang yang paling utama denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat atasku."

Minggu, 30 Mei 2010

SIFAT-SIFAT AKHLAK RASULULLAH SAW

Sebagaimana Rasulullah SAW adalah orang yang paling bagus bentuk fisiknya, beliau juga adalah orang yang paling bagus akhlaknya. Sesungguhnya Allah menghimpun padanya akhlak-akhlak terpuji yang tidak terhimpun pada orang lain secara mutlak dan mengajarinya etika di dalam kitab-Nya yang mulia dengan seluruh adab-adab terbaik. Allah SWT Berfirman: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh." (Al-A'raf: 199) Rasulullah SAW bersabda: "Tuhanku telah mengajariku adab dengan sebaik-baiknya." Dan beliau bersabda: "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." Setelah etika-etika ini sempurna pada diri Rasulullah SAW, Allah SWT memujinya dengan firman-Nya: "Dengan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Al-Qalam: 4)
Ketika Aisyah rha ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab: "Akhlaknya adalah Al-Quran." Artinya belau ridha karena ridhanya dan marah karena kemarahannya.
Anas ra berkata: "Aku menjadi pelayan Rasulullah SAW selama sepuluh tahun. Selama itu beliau sama sekali tidak pernah mengatakan 'huh' kepadaku, tidak pernah mengatakan kepada sesuatu yang aku lakukan: 'Mengapa kau melakukannya?' dan tidak pernah mengatakan kepada sesuatu yang tidak aku perbuat: 'Kenapa kau tidak melakukannya?'
Dari Ali ra, ia berkata: "Nabi SAW adalah orang yang selalu gembira, ramah, lembut, tidak kasar dan tidak keras, tidak pernah berteriak-teriak dan tidak pernah berkata-kata keji, tidak suka mencela dan tidak banyak memuji. Beliau pandai melupakan hal-hal yang tidak sukainya, tidak pernah membuat putus asa dan tidak pernah putus asa. Beliau menjauhkan dirinya dari tiga hal: riya, banyak bicara dan hal-hal yang bukan urusannya. Dan beliau menjauhkan orang-orang dari tiga hal: beliau tidak pernah mencaci seorangpun dan tida mencelanya, tidak mencari-cari aibnya dan tidak berbicara kecuali tentang hal-hal yang beliau harap pahalanya. Jika beliau berbicara, beliau membuat orang-orang yang duduk bersamanya tunduk, seakan-akan ada burung di atas kepala mereka. Jika beliau telah diam, mereka bicara, mereka tidak berebutan bicara di sisinya. Siapa yang bicara di sisinya, mereka diam mendengarkannya hingga ia selesai bicara. Bicara orang yang paling terakhir di antara mereka adalah bicara orang yang paling pertama di antara mereka. Beliau tertawa dari apa yang mereka tertawakan dan mengagumi apa yang mereka kagumi. Beliau sabar menghadapi orang asing kedati kasar dalam bicara dan cara memintanya, hingga sekalipun para sahabatnya membawanya, dan beliau berkata: "Jika kalian lihat orang yang mempunyai kebutuhan meminta hajatnya, maka bantulah dia." Beliau tidak menerima pujian kecuali dari hal yang setimpal, dan beliau tidak memotong pembicaraan seseorang dengan larangan ataupun pergi hingga ia selesai bicara."
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah memberi makan unta, menyapu rumah, menambal sandal dan menjahit pakaian."
Rasulullah SAW pernah memerah susu, makan bersama pembantu dan menggiling tepung bersamanya jika ia telah lelah. rasa malu tidak menghalangi beliau untuk memanggul barang-barangnya dari pasar ke rumah keluarganya. Beliau menyalami orang kaya maupun miskin, selalu memulai salam dan tidak meremehkan undangan makan yang disampaikan kepadanya walaupun itu hanya berupa kurma yang paling jelek. Beliau adalah orang yang pemurah, lembut, ramah, bergaul baik, berwajah berseri-seri, banyak senyum tanpa tertawa, sedih tetapi tidak sampai murung, rendah hati tidak sampai menghinakan diri, pemurah tidak sampai boros, lembut hati, pengasih terhadap setiap muslim, sama sekali tidak bersendawa karena kenyang dan tidak pernah mengulurkan tangannya kepada keserakahan. Semoga shalawat dan salam Allah tercurah atasnya dan atas keluarga serta para sahabatnya.

Jumat, 21 Mei 2010

SIFAT-SIFAT FISIK RASULULLAH SAW

Para ulama mengatakan, termasuk kesempurnaan keimanan kepada Rasulullah SAW adalah keyakinan kita bahwa Allah SWT menciptakan jasadnya yang mulia menurut bentuk yang tidak muncul sepertinya baik sebelum maupun sesudahnya. Allah SWT menciptakannya dengan sebagus-bagus bentuk di mana padanya terhimpun segala ragam keelokan yang tak mungkin bisa terlukiskan.
Sungguh sempurna keelokannya. Sekiranya ia menghadiahkan cahaya
wajahnya ke bulan purnama, niscaya bulan itu tak akan mengalami gerhana
Bagaimanapun pintar orang yang melukiskan sifatnya
Akan habis zaman ini dan keindahannya belum terlukiskan semuanya
Rasulullah SAW adalah orang yang paling tampan dan paling menawan dari jauh, dan kian elok dan manis manakala dilihat dari dekat. Al-Barra bin Azib ra berkata: "Aku tidak pernah melihat orang yang mengenakan sorban hitam pada baju merah lebih bagus dari Rasulullah SAW." [HR. Bukhari (3551) Muslim (2337)]
Abu Hurairah ra berkata: "Aku tidak pernah melihat sesuatu apa pun yang lebih elok dari Rasulullah SAW, seolah-olah matahari berjalan di wajahnya. dan aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih cepat jalannya dari Rasulullah SAW, seakan-akan bumi dilipat untuknya, kami melelahkan diri kami, sementara beliau tidak terlihat apa-apa." [HR. At-Turmudzi (3648)]
Anas bin Malik ra berkata: "Aku tidak pernah menyentuh segala jenis sutera yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah SAW dan aku sama sekali tidak pernah mencium aroma yang lebih harum dari aroma Rasulullah SAW." [HR. Ahmad (3/228) Bukhari (3368)]
Adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib jika menggambarkan sifat Rasulullah SAW, ia berkata: "Beliau tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Perawakannya sedang. Rambutnya tidak terlalu keriting dan tidak terlalu lurus. Rambutnya ikal. Badannya tidak terlalu gemuk dan wajahnya tidak terlalu bulat. Wajahnya agak mengerucut (dengan segala kesempurnaannya). Kulitnya putih kemerah-merahan. Kedua matanya sangat hitam, bulu matanya lebat. Ada jajaran bulu di antara dada dan pusarnya. Kedua telapak tangan dan kakinya keras dan lentur. Pundaknya bagus. Jika menoleh, beliau menoleh dengan seluruh tubuhnya. Jika berjalan, beliau agak condong ke depan seakan-akan sedang turun dari tempat yang tinggi, di antara kedua belikatnya terdapat cap kenabian, dan beliau penutup nabi-nabi.
Beliau adalah orang yang paling lapang dadanya, paling baik hatinya, paling jujur bicaranya, paling lembut sikapnya, paling mulia pergaulannya. Siapa yang melihatnya tiba-tiba tanpa mengenalnya, dia akan merasakan haibahnya (kewibawaannya). Dan siapa yang bergaul dan mengenalnya dia akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya akan berkata: 'Aku tidak pernah melihat sebelum maupun sesudahnya orang yang sepertinya.'" [HR At-Turmudzi (3638)]
Dari Hind bin Abi Halah ra ia berkata: "Adalah Rasulullah SAW itu orang yang besar lagi dibesarkan, wajahnya bersinar laksana bulan purnama, kepalanya besar, rambutnya ikal, warna kulitnya cerah, dahinya luas, alisnya lebat, hidungnya mancung, jenggotnya tebal, mulutnya lebar, giginya rapat, perawakannya sedang, perut dan dadanya sejajar, jarak kedua pundaknya lebar, persendian-persendiannya besar, telapak tangannya lebar, jari-jari tangannya sedang, kedua kakinya mulus, pandangannya menunduk, pandangannya ke tanah lebih lama dari padangannya ke langit, sebagian besar pandangannya adalah melirik, selalu mendahulukan sahabat-sahabatnya di depan, dan selalu lebih dahulu mengucap salam dengan orang yang ditemuinya." [HR At-Tabrani (22/414) Al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Imam (1430)]

Rabu, 19 Mei 2010

MUKJIZAT-MUKJIZAT RASULULLAH SAW

Mukjizat-mukjizat Rasulullah SAW sangat banyak lagi populer. Yang paling utama dan populer diantaranya adalah Al-Quran Al-Karim yang Allah jadikan makhluk tidak mampu untuk menandingi dan membuat yang serupa dengannya, kendati Allah telah menantang mereka membuatnya dan mereka pun telah mengarahkan daya dan upaya untuk melakukannya, Allah SWT berfirman:

[17:88] Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Al-Isra: 88)
Al-Quran adalah mukjizat yang abadi sampai ke akhir masa, buktinya akan tetap ada, kemukjizatannya akan senantiasa berlanjut, keajaiban-keajaibannya tidak akan habis, keunikan-keunikannya tidak akan lenyap. Di dalamnya terdapat berita generasi yang terdahulu dan yang akan datang, sesuai dengan setiap masa sampai hari kiamat.
Diantara mukjizat beliau yang mencengangkan adalah terbelahnya bulan, dan itu terjadi ketika kaum kafir Mekkah meminta agar beliau memperlihatkan kepada mereka satu tanda yang menunjukkan kebenaran kenabiannya, dan tanda tersebut berupa terbelahnya bulan. Lalu Rasulullah SAW berdoa kepada Tuhan. Maka bulan pun terbelah dua, sementara mereka menyaksikannya. Lalu beliau berkata, "Saksikanlah." Kemudian orang-orang kafir itu menanya penduduk berbagai negeri apakah mereka juga melihat hal semacam itu. Ternyata mereka menyatakan bahwa mereka pun melhat hal tersebut. Maka mereka berkata, "Muhammad telah menyihir penduduk bumi." Lalu Allah SWT menurunkan ayat:

[54:1] Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. [54:2] Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mu'jizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus". (Al-Qamar: 1-2)
Di antara mukjizat beliau termasuk memancarnya air dari sela-sela jari-jemari tangan beliau yang mulia. Hal tersebut terjadi beberapa kali kepada beliau. Di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah ra dengan perkataannya: "Orang-orang kehausan pada hari Hudaibiyah sementara Rasulullah SAW sedang berwudhu dari sebuah bejana yang terdapat di depannya. Kemudian orang-orang datang ke arah beiau. Maka beliau berkata, "Kenapa kalian?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, kami tak punya air untuk berwudhu dan minum kecuali yang terdapat dalam bejana milikmu." Lalu Nabi SAW meletakkan tangannya ke dalam bejana tersebut. Tiba-tiba air memacar dari sela-sela jari-jemari tangannya seperti mata air. Lalu kami pun minum dan berwudhu." Kemudian ada yang bertanya kepada Jabir, "Berapa jumlah kalian pada hari itu?" Jabir menjawab, "Sekiranya kami berjumlah 100.000 tentu air itu cukup untuk kami. Pada hari itu kami berjumlah sekitar 1.500 orang." [HR Bukhari (3576)]
Di antara mukjizat beliau juga termasuk menangisnya batang kurma yang tadinya menjadi tempat berpijak beliau ketika menyampakan khutbah. Manakala beliau telah memakai mimbar yang baru dan duduk di atasnya, batang kurma tersebut menangis laksana tangisan unta betina mencari anaknya. Dalam satu riwayat disebutkan, "Batang kurma itu melenguh seperti lenguhan banteng hingga masjid bergetar karena lenguhannya. Lalu Rasulullah SAW turun mendatanginya lalu mendiamkannya. Maka batang kurma itu pun diam. Kemudian beliau berkata, "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sekiranya aku tidak menenangkannya, dia akan tetap begini sampai hari kiamat karena sedih jauh dari Rasulullah SAW." [HR Ad-Darimi (41)]

Minggu, 16 Mei 2010

KEISTIMEWAAN-KEISTIMEWAAN RASULULLAH SAW

Nabi kita Muhammad SAW memiliki keistimewaan melebihi seluruh nabi dengan banyak keistimewaan:
Diantaranya keadaan beliau sebagai penutup para nabi dan rasul. Maka tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya. Beliau telah bersabda: “Aku adalah Muhammad, nabi yang ummi, tidak ada lagi nabi sesudahku. Aku diberikan jawami’ al-kalim dan puncak-puncaknya.” (HR. Ahmad (2/172) dari hadis Abdullah bin Amru bin al-Ash ra)
Di antara keistimewaannya, beliau lebih mulia dari para nabi, rasul dan makhluk seluruhnya. Dari Abu Sa’id al-Khudhri ra, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat, dan aku tidak sombong, dan di tanganku paji pujian, akupun tidak bangga. Pada hari itu tak ada seorang nabi pun –Adam dan selainnya – kecuali di bawah benderaku. Dan aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan dari kuburnya, aku juga tidak bangga.” (HR. Turmudzi (3148,3615) dan ia berkata; “hadis ini hasan shahih). Dalam satu riwayat: “Aku adalah orang yang paling mulia di antara orang-orang terdahulu dan belakangan bagi Allah, aku ucapkan ini tanpa keangkuhan.” (HR. Turmudzi (3616) dari hadis Ibn Abbas ra).
Di antara keistimewaannya, keumuman risalah beliau kepada bangsa jin, manusia, Arab, dan Ajam (non-Arab). Dari Jabir ra: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku diberikan lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun sebelumku: Aku dimenangkan dengan rasa takut (pada musuh-musuhku) dari jarak satu bulan perjalanan, dijadikan tanah bagiku sebagai tempat sujud dan alat bersuci, maka dimanapun seseorang dari umatku memasuki waktu shalat, hendaklah ia shalat. Dihalalkan bagiku harta ghanimah (rampasan perang), padahal harta ghanimah itu tidak dihalalkan bagi siapapun sebelumku, diberikan kepadaku syafa’at, dan adalah nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari (328) dan Muslim (521) dari hadis Jabir ra)
Di antara keistimewaannya, Allah SWT menjadikan umatnya sebagai umat terbaik dan menasakh (menghapus) seluruh syariat dengan syariatnya. Allah SWT berfirman:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran: 110)
Allah SWT berfirman:
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (At-Taubah: 33)
Dan Allah SWT berfirman:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak seorang pun dari umat ini (generasi ini), baik Yahudi maupun Nashrani yang mana telah mendengar seruanku, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang kubawa, melainkan ia menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim (153) dari hadis Abu Hurairah).

Kamis, 13 Mei 2010

ORANGTUA DAN MOYANG RASULULLAH SAW SELURUHNYA BERTAUHID

Ketahuilah bahwa ayah ibu dan kakek nenek Rasulullah SAW seluruhnya bertauhid, mereka bukanlah orang-orang musyrik. Hal tersebut ditunjukkan oleh sabda Rasulullah SAW: "Allah senantiasa memindahkan aku dari sulbi-sulbi yang BAIK ke rahim-rahim yang SUCI," dikeluarkan oleh Ibn Asakir dan masih ada beberapa hadis lain yang semakna dengannya.
Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang MUSYRIK itu NAJIS." Maka wajiblah tak seorang pun dari kakek nenek beliau musyrik.
Banyak dari kalangan huffaz (penghapal) ahli hadis berpendapat bahwa Allah SWT pernah menghidupkan untuk beliau kedua orang tuanya, lalu keduanya beriman kepadanya. Mereka berargumentasi dengan hadis Aisyah ra bahwa Nabi SAW pernah mampir ke Hujun dalam keadaan sedih dan berduka cita. Lalu beliau tinggal di sana selama beberapa hari. Kemudian beliau kembali dalam keadaan gembira dan berkata, "Aku telah meminta kepada Tuhanku Azza wa Jalla, lalu Dia menghidupkan ibuku untukku, kemudian dia beriman kepadaku. Kemudian Allah mengembalikannya." Dikeluarkan oleh Ibn Syahin, Al-Khatib al-Baghdadi dalam As-Sabiq wa Al-Lahiq, Ad-Daruquthni, dan Ibn Asakir dalam Ghara'ib Malik.
Sementara As-Suhaili merilis dalam Ar-Raudh Al-Unuf dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW pernah meminta kepada Tuhannya agar menghidupkan kedua orang tuanya. Lalu Tuhan menghidupkan mereka berdua untuknya, lalu keduanya beriman kepadanya. Kemudian Tuhan mematikan keduanya kembali. Hadis tersebut sekalipun dha'if dari segi ilmu hadis, akan tetapi statusnya shahih menurut sebagian ahli hakikat, sebagaimana yang diisyaratkan oleh sebagian mereka dengan perkataannya:
Aku yakin bahwa ayahanda Nabi dan ibundanya pernah dihidupkan oleh Tuhan yang Maha Mulia hingga keduanya bersaksi kepadanya akan kebenaran risalah, sungguh dan itu adalah karomah Al-Mukhtar Hadis ini dan orang yang mengatakan dha'ifnya adalah orang yang dhai'if dari hakikat yang nyata.
Maka selamatnya kedua orang tua Rasulullah SAW dan berimannya mereka, bahkan mendapatkan kedudukan terbesar ahli iman bagi keduanya, merupakan keyakinan kita. Hal tersebut didukung oleh kemuliaan derajat Rasulullah SAW dan ketinggian kedudukannya di sisi Tuhannya. Jika seseorang dari umatnya dapat meraih sebagian karunia dan rahmat Allah SWT melalui perantaraan beliau dan keberkahannya apa yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati seorang manusia, lalu bagaimana bisa kedua orang tuanya tidak dapat meraih keberuntungan yang besar itu, padahal Allah telah menganugerahi keduanya kelebihan melahirkan beliau sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal tersebut disebutkan oleh sebagian pensyarah hadis.
Keyakinan di atas sepintas nampak bertentangan dengan hadis yang terdapat dalam Shahih Muslim bahwa seorang lelaki pernah berkata kepada Nabi SAW: "Di mana ayahku?" Lalu beliau menjawab: "Ayahku dan ayahmu berada di neraka." Hadis ini ditolak oleh mayoritas ahli hadis dan ulama. Mereka mengatakan tidak boleh menghukumkan orang tua dan kakek nenek Rasulullah SAW atas dalil tersebut, karena lafaz "Ayahku dan ayahmu" tidak sepakat para perawi menyebutkannya. Yang menyebutkan hanya Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas ra., yaitu jalur yang diriwayatkan oleh Muslim. Sementara Ma'mar meriwayatkannya dari Tsabit dengan lafaz yang berbeda di mana ia tidak menyebutkan: "Ayahku dan ayahmu berada di neraka," melainkan ia mengatakan: "Jika kau melewati satu kuburan orang kafir, maka kabarkanlah kepadanya tentang neraka", dan dalam lafaz ini sama sekali tidak terdapat dalil yang menunjukkan atas ayahanda beliau.
Kemudian Al-Bazzar, At-Thabrani dan Al-Baihaqi mengeluarkan hadis bahwa seorang Arab badui berkata, "Hai Rasulullah, di mana ayahku?" Beliau menjawab, "Di Neraka." Arab Badui itu kembali berkata, "Lalu di mana ayahmu?" Beliau menjawab, "Di mana pun kau melewati satu kuburan orang kafir, maka kabarkanlah kepadanya tentang neraka." Sanad hads ini menurut kriteria Bukhari dan Muslim, dan wajib bersandar kepada lafaz ini serta mendahulukannya dari lafaz-lafaz lain. As-Suyuthi telah menyebutkan hadis ini.
Semua hadis itu dinukil oleh Al-Allamah Umar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Sumaith dalam kitabnya Hadiyyatu al-Ikhwan Syarh Aqidah al-Imani.
Demikian pula halnya hadis yang terdapat dalam shahih Muslim bahwa Nabi SAW pernah menziarahi kuburan ibundanya dan berkata, "Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk menziarahi kuburannya, lalu Dia mengizinkan aku. Kemudian aku meminta izin kepada-Nya untuk memintakan ampunan untuknya, lalu Dia tidak mengizinkan aku." Hadis tersebut ditanggungkan maknanya bahwa itu terjadi sebelum ibundanya dihidupkan kembali dan beriman, dan keadaan iman bermanfaat sesudah mati merupakan satu keistimewaan khusus bagi keduanya dan karomah bagi beliau. Ambillah pendapat ini, niscaya kamu selamat. "Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian), dan Allah mempunyai karunia yang besar." (Al-Baqarah: 105)

ANAK DAN ISTRI RASULULLAH SAW

Anak-anak Rasulullah SAW ada 7 orang: 3 laki-laki yaitu Al-Qasim dan Abdullah dan dia dipanggil At-Thayyib dan At-Thahir, sementara yang ketiga adalah Ibrahim. Mereka semuanya meninggal dunia ketika masih kecil. Empat orang lainnya adalah perempuan, dan mereka adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah Az-Zahra yang paling kecil dan paling mulia, dan dia hidup sesudah wafat Rasulullah SAW kira-kira 6 bulan.
Sebagian ulama menyusun syair nama mereka sebagai bentuk tawassul:
Ya Tuhan kami, berkat Al-Qasim putra Muhammad,
Juga dengan Zainab, Ruqayyah, dan dengan Fatimah,
Dengan Ummu Kultsum kemudian dengan Abdullah
Dengan hak Ibrahim, selamatkanlah penyusun bait syair ini.
Ibunda mereka -- kecuali Ibrahim -- adalah Khadijah al-Kubra binti Khuwailid, dan dia adalah pemimpin istri-istri beliau dan paling dahulu masuk Islam serta paling dahulu beliau nikahi. Sedangkan istri-istri beliau yang lainnya adalah: Aisyah binti Abubakar as-Shiddiq, Saudah binti Zam'ah, Hafshah binti Umar bin Al-Khattab, Zainab binti Jahsy, Juwairiyah binti Al-Harits al-Khuza'iyah, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Shafiyyah binti Huyay, Maimunah binti Al-Harits al-Hilaliyah. Semoga Allah meridhai mereka.
Adapun yang terkenal dari istri-istri beliau adalah 11 orang. Yang meninggal dunia di antara mereka semasa hidupnya adalah Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, dan saat meninggal dunia beliau meninggalkan 9 istri lainnya.

Rabu, 12 Mei 2010

NASAB RASULULLAH SAW

Rasulullah SAW adalah nabi yang ummi, rasul yang berbangsa Arab, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhar bin kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan, dan Adnan termasuk cucu Ismail az-Zabiih bin Ibrahim al-Khalil 'alaihimas salam.
Dan, Ibunda beliau adalah Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab sampai akhir nasab ayah beliau yang lalu.
Rasulullah SAW lahir di Mekah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal 50 hari sesudah Tahun Gajah menurut pendapat yang masyhur. Manakala usia beliau sampai 40 tahun, turunlah Ruhul Amin (Malaikat Jibril) kepada beliau, dan Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta. Sesudah diangkat sebagai rasul, belaiu tinggal di Mekah selama 13 tahun. Kemudian beliau hijrah ke Madinah dan tinggal di sana selama 10 tahun. Beliau wafat di Madinah pada tahun 11 Hijriyah dan dikuburkan di sana dalam usia 63 tahun.
Beliau hidup di dalam kuburnya dan bisa mendengar shalawat orang-orang yang mengucap shalawat serta salam orang-orang yang mengucapkan salam atasnya.
Diriwayatkan dari beliau: "Di mana pun kamu berada, ucapkanlah shalawat atasku, sebab shalawatmu itu sampai kepadaku."(1) Beliau juga bersabda: "Perbanyaklah mengucap shalawat atasku pada malam yang terang dari hari yang cerah, sedang shalawatmu itu akan diperlihatkan kepadaku." (2)
Beliau juga bersabda: "Tak ada seorang pun mengucapkan salam atasku kecuali Allah mengembalikan ruhku kepadaku sehingga aku membalas salam atasnya."(3)
Keterangan:
(1) Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Kabir (2729) dan Al-Ausath (365) dari hadis Al-Hasan bin Ali ra. Ia berkata dalam Al-Majma' (10/162): "Dalam sanadnya terdapat Humaid bin Abi Zainab, dan aku tidak mengenalnya. Sementara para perawi lainnya adalah perawi-perawi hadis shahih." Hadis senada dikeluarkan oleh Abu Daud (2042), Ahmad (2/367) dan lain-lain dari hadis Abu Hurairah, dan sanadnya shahih menurut Ibnu Hajar dalam Al-Fath (6/488)
(2) Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Ausath (241) dari hadis Abu Hurairah dan dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang dha'if sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Majma (2/169). Al-Baihaqi merilisnya dalam As-Syu'ab (3034) dari hadis Ibn Abas ra, dan ia berkata: "Ini adalah sanad-sanad yang dha'if sama sekali."
(3) Dikeluarkan oleh Abu Daud (2041) dan lain-lain dari hadis Abu Hrairah ra.

MENGENAL RASULULLAH SAW

Makna mengenal Rasulullah SAW adalah berimannya seorang mukallaf dan meyakini bahwa Allah SWT telah mengutus Rasulullah SAW kepada seluruh makhluk, baik manusia, jin, bangsa Arab maupun non-Arab, dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, supaya beliau memenangkannya atas agama seluruhnya, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukainya, dan bahwa beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan menasehati umat dan benar dalam segala hal yang disampaikannya dari Allah SWT.
Allah tidak akan menerima keimanan seorang hamba sekalipun ia beriman kepada-Nya hingga ia beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh ajaran yang dibawanya berupa urusan dunia, barzakh dan akhirat. Dalam hadis:
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tak ada tuhan kecuali Allah dan beriman kepadaku serta kepada ajaran yang aku bawa. Jika mereka melakukan hal itu, terlindunglah darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haknya, sedangkan hisab mereka kembali kepada Allah."

Sabtu, 08 Mei 2010

KEPASTIAN ADANYA DZAT ALLAH SWT

Kita dapat memastikan adanya Dzat Allah SWT karena apa yang kita saksikan dari PENGARUH-PENGARUH KEKUASAAN-NYA dan BUKTI-BUKTI KEBIJAKSANAAN-NYA, sekalipun kita tidak dapat melihat-Nya dengan mata kita dan tidak dapat memahami hakikat-Nya dengan pikiran kita. Pada ciptaan terdapat bukti atas yang menciptakan, pada bentuk yang sempurna terdapat tanda atas pelaku yang Maha Bijaksana. Sebagaimana orang yang melihat sebuah bangunan tinggi, tahulah ia bahwa bangunan itu ada yang membangunnya. Siapa yang melihat sebuah kemah yang dipancangkan di daerah yang tandus, tahulah ia bahwa kemah itu ada yang memancangkannya. Demikian pula halnya orang yang menyaksikan makhluk-makhluk ini di kerajaan langit dan bumi, pastilah ia yakin bahwa makhluk-makhluk itu memiliki pencipta yang berkekuasaan dan bersifat sempurna. Allah SWT berfirman:

[88:17] Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. [88:18] Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? [88:19] Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? [88:20] Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Al-Ghasyiah: 17-20)
Dan Allah SWT berfirman:

[36:37] Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.[36:38] dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. [36:39] Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. [36:40] Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. 36:41] Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. [36:42] dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. [36:43] Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. [36:44] Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika. (Yaasin: 37-44)
Berarti ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk di bumi dan langit-Nya adalah saksi ketuhanan-Nya dan menuturkan keesaan-Nya. Alangkah bagusnya ucapan orang yang mengatakan:

Sungguh anehnya, bagaimana bisa Tuhan didurhakai,
Atau bagamana bisa orang yang ingkar mengingkari
sedang pada segala sesuatu terkandung bukti,
yang menunjukkan bahwa Dia adalah Maha Esa
dan bagi Allah pada setiap gerak maupun diam
terdapat tanda pengaruh yang menjadi saksi-Nya

Salah seorang dari mereka pernah ditanya tentang bukti adanya Allah SWT lalu ia menjawab, "Jejak unta menunjukkan adanya unta dan bekas kaki menunjukkan adanya yang berjalan. Maka langit yang memiliki gugusan, bumi yang memiliki lekukan dan lautan yang memiliki gelombang menunjukkan adanya Pencipta yang Maha Mengetahui, yaitu Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa."
Imam Abu Hanifah rahimahullah pernah berkata kepada sekelompok kaum Ad-Dahriyah: "Apakah bisa diterima menurut akal sebuah kapal bermuatan penuh berada dalam gelombang lautan, terombang-ambing oleh ombak yang menggulung-gulung dan angin yang bermacam ragam, namun kendati demikian ia tetap berjalan lurus tanpa ada nakhkoda yang mengemudikannya?" Mereka menjawab, "Tidak." Lalu beliau berkata, "Jika yang demikian itu tidak bisa diterima, lalu bagaimana mungkin alam ini ada, dari alam yang paling tinggi dan yang paling bawah, dengan beragam keadaan, tanpa ada penciptanya?"
Setiap partikel wujud adalah saksi bagi-Nya
bahwa Dia adalah Tuhan yang Maha Pencipta
Ketahuilah, siapa yang memperhatikan langit dan bumi berikut keajaiban-keajaiban makhluk yang terdapat di antara keduanya, sementara ia tidak meyakini bahwa semua itu memiliki Tuhan dan pencipta, berarti dia telah rusak akal dan tertutup hatinya, dia telah ditimpa kehinaan dan diliputi kerugian, dan dia termasuk orang yang dikatakan Allah dalam firman-Nya:
[7:179] Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A'raf: 179)
Hewan-hewan ternak dan binatang-binatang liar, bahkan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati, mengakui akan ketuhanan dan keesaan penciptanya. Sekiranya mereka bisa bertutur, tentu mereka mengungkapkan hal tersebut dan menyatakannya dengan jelas. Allah SWT berfirman:
[17:44] Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44)
Dan Allah SWT berfirman:
[16:48] Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri. [16:49] Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para maaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. [16:50] Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (An-Nahl: 48-50)

Jumat, 07 Mei 2010

SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA MENGENAL TUHANNYA

Adapun makna ucapan ulama, "Siapa mengenal dirinya, dia mengenal tuhannya" adalah bahwa pengenalan diri itu merupakan jalan untuk mengenal Allah. Sekiranya seseorang memperhatikan kelemahan, kekurangan dan kebutuhan dirinya serta memperhatikan bahwa ia tidak sanggup mendatangkan manfaat untuk dirinya dan tidak mampu menolak kemudharatan darinya, tahulah ia bahwa dirinya memiliki Tuhan dan pencipta yang Maha Tunggal yang menciptakannya, mencurahkan anugerah padanya, menilai usahanya serta membalas perbuatannya, dan dengan semua itu ia berargumentasi atas keadaannya sebagai seorang hamba yang punya Tuhan dan bahwa urusannya berada di tangan selainnya yaitu Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Demikian pula jika seseorang memperhatikan awal kejadiannya. Tadinya ia berada dalam ketiadaan tanpa memiliki wujud, lalu Allah SWT mengadakannya dengan semata-mata sebagai anugerah dan karunia. Dia menciptakannya dari setetes air dan setetes sperma yang menjijikkan, kemudian Dia memberinya bentuk rupa, membelah dua pendengaran dan penglihatannya sampai membuatnya dalam sebaik-baik bentuk dan menghiasinya dengan kebanggaan-kebanggaan yang berharga dan kedudukan-kedudukan yang tinggi baik bersifat agama maupun dunia.
Allah SWT berfirman:
[23:12] Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. [23:13] Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). [23:14] Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Al-Mukminun: 12-14)

Kamis, 06 Mei 2010

SIFAT-SIFAT TUHAN (ILAAH) YANG DISEMBAH DENGAN SEBENARNYA

Ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan yang disembah dengan sebenarnya di alam ini kecuali Allah yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, yang Maha tunggal yang menjadi tempat bergantung segala sesuatu, Yang Maha Merajai, Yang Maha Kuasa, Yang Maha hidup, Yang Maha Mengurus, Yang Maha Azali, Yang Maha Abadi, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan apa yang diinginkan-Nya.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar dan Melihat. (As-Syuura: 11)
Maha Suci Allah dari yang menyerupai dan yang menandingi, dari sekutu dan pembantu. Dia tidak dibatasi masa, tidak sibuk oleh satu keadaan dari keadaan yang lain, tidak dilingkupi arah dan tidak bercampur dengan yang baharu. Dia Maha kaya mutlak dari segala sesuatu, dari segala arah, dan segala sesuatu selain-Nya butuh kepada-Nya. Dia menciptakan makhluk dan perbuatan-perbuatan mereka, menetapkan rezeki dan ajal mereka, menjadikan mati dan hidup, taat dan maksiat, sehat dan sakit. Dia menurunkan kitab-kitab dan mengutus rasul-rasul untuk memberi petunjuk kepada makhluk karena sayang kepada mereka. Dia menjanjikan orang-orang yang berbuat baik dengan pahala-Nya sebagai suatu karunia dan mengancam orang-orang yang berbuat dosa dengan siksaan-Nya sebagai suatu keadilan. Maka Tuhan yang disembah dengan sebenarnya adalah Tuhan yang menghimpun sifat-sifat ini. Allah SWT berfirman:
[59:22]Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [59:23] Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [59:24] Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Hasyr : 22-24)

Rabu, 05 Mei 2010

HAK ALLAH SWT ATAS HAMBA-HAMBA-NYA

Hak Allah SWT atas hamba-hamba-Nya adalah bahwa mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Dalil atas hal ini adalah hadis yang diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal RA, ia berkata, "Aku pernah membonceng Nabi SAW di atas seekor keledai. Lalu beliau berkata, 'Hai Mu'adz, apakah kau tahu apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya dan apa hak hamba-hamba atas Allah?' Aku menjawab, 'Allah dan rasul-Nya lebih tahu.' Beliau berkata, 'Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah bahwa mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun, dan hak hamba-hamba atas Allah adalah Dia tidak menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun.'"
Maka kewajiban yang pertama atas hamba adalah mengetahui alasan mengapa dia diciptakan, yaitu menyembah Allah SWT karena Allah SWT tidak menciptakan makhluk kecuali untuk menyembah-Nya, sebagaimana firman Allah SWT dalam kitab-Nya yang mulia:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Az-Dzariyat: 56)
Berarti hak Allah SWT atas hamba-Nya sangat besar dan karunia Allah terhadapnya sangat luas. Allah SWT menciptakan-Nya dari tiada, memberinya bentuk dengan sebaik-baik bentuk dan menganugerahinya seluruh nikmat serta menunjukinya kepada agama yang lurus. Seandainya hamba sujud kepada Tuhannya di atas bara api sejak dunia diciptakan sampai dunia ini hancur, dia belum bisa menunaikan hak Islam yang Allah karuniakan, dan keimanan yang Allah tunjukkan dan anjurkan kepadanya. Allah SWT punya hak atasnya berupa nikmat-nikmat agama maupun dunia, baik pada zhahir maupun bathinnya, dalam hati maupun raganya, di mana sekiranya lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi penanya, semua itu akan habis sebelum sempat menghitung sepersepuluh nikmat-nikmat yang Allah berikan kepadanya. Allah SWT berfirman:
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. (An-Nahl: 18)
dan Allah berfirman:
Dan Dia menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. (Luqman: 20)

Senin, 03 Mei 2010

MENGENAL ALLAH SWT

Kewajiban pertama yang wajib atas seorang manusia adalah mengenal Allah yang telah enciptakannya dari tiada menjadi ada. Sebab ia tidak diciptakan kecuali untuk beribadah, dan ibadah itu pertama-tama mengharuskan mengetahui yang disembah, artinya mengetahui Dzat-Nya, sifat-sifatNya dan eprbuatan-perbuatan-Nya secara baik. Allah SWT berirman (artinya):
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Az-Dzariyat : 56) maksudnya supaya mereka mengenal-Ku.
Adapun jalan untuk mengetahui Allah SWT ada dua:
Pertama, dari jalan mendengar dan mengutip yaitu dengan mendengar apa yang diberitahukan Allah SWT tentang diri-Nya di dalam kitab-kitab-Nya dan melalui ucapan para rasul-Nya berupa nama-nama-Nya yang baik (Asmaaul Husna) dan sifat-sifat-Nya yang luhur.
Allah SWT berfirman:
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Dialah Allah yang tiada tuhan selain Dia, Raja yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentu rupa, yang mempunyai asmaaul husna, bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Hasyr : 22-24)
Dalam hadis disebutkan:
Sesungguhnya Allah SWT memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang menghafalnya dia masuk surga. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia:
1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung
4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas
8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya
10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya
11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang
23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus
31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir
53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan
60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera
72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh
73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin
77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah
78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan
80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah
82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran
99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar
Kedua, dari jalan analisa akal, menjadikan yang diciptakan sebagai indikasi dalil atas yang menciptakan, dan dengan pengaruh atas yang memberi pengaruh. Yaitu dengan berpikir tentang makhluk-makhluk dan menggali pelajaran dari ciptaan-ciptaan-Nya, baik dari alam yang tinggi maupun alam yang rendah, lalu berargumentasi dengan hal tersebut atas yang mengadakannya, membuat dan menciptakannya, yaitu Allah yang tidak ada tuhan kecuali Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah : 164)
Demikian pula dengan memperhatikan keadaan-keadaan diri berikut apa yang meliputinya, sebagaimana terungkap dalamucapan sebagian ulama: "Siapa yang mengenal dirinya, dia akan mengenal Tuhannya." Artinya siapa yang mengathui dirinya dengan sifat huduts (baru) dan faqir (membutuhkan), maka dia akan tahu bahwa Tuhannya qadim, Maha Kaya dan Kuasa.

Minggu, 02 Mei 2010

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR

Para salaf shalih senantiasa melakukan amar ma'ruf nahi munkar, walaupun diri mereka sendiri belum mempu melaksanakannya secara maksimal, bahkan belum mampu mencegah dirinya dari kemunkaran. Tindakan (akhlak) seperti ini yang tidak dilakukan oleh para salik yang tidak berguru kepada syaikh yang benar. Sehingga, misalnya mereka berkata, "Sungguh, mara ma'ruf nahi munkar hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang telah bertobat dari seluruh dosa. Sedangkan kami, kami adalah orang-orang yang telah ditelan dosa-dosa." Berbeda sekali dengan tindakan para ulama yang mengamalkan ilmunya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abu Hurairah ra berkata, "Kami berkata, "Ya Rasulullah! apakah kami mesti menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran, meskipun kami belum melaksanakan apa yang kami perintahkan dan belum bisa mencegah apa yang kami larang?" Rasulullah saw bersabda, "Perintahkanlah oleh kalian untuk berbuat kebaikan, meskipun diri kalian sendiri belum melaksanakannya, dan cegahlah kemunkaran, meskipun diri kalian belum bisa menjauhi apa yang kalian cegah!"

Jumat, 30 April 2010

TOBAT

Para salaf shalih senantiasa bertobat dan memohon ampun, siang maupun malam. Karena, mereka senantiasa merasa tidak pernah bisa lepas dari dosa dalam melakukan beragam aktivitas, bahkan saat melakukan ketaatan. Lalu, mereka memohon ampun atas ketidak khusyuan serta tidak adanya perasaan diawasi oleh Allah Ta'ala saat melakukan ketaatan. Para salaf shalih telah sampai pada tingkat seperti ini. Berbeda dengan para ahli tasawuf (an sich) di zaman sekarang.
Aku pernah mendengar salah seorang ahli tasawuf di zaman ini berkata, "Alhamdulillah, kami adalah orang-orang yang tidak berdosa." Lalu, aku bertanya kepadanya, "Bagaimana bisa seperti ini?" Ia menjawab, "Karena kami menyaksikan bahwa Allah Ta'ala Yang Maha Pelaku dalam semua tindakan kami, bukan kami." Kemudian, aku berkata kepadanya, "Kalau demikian, engkau wajib beristighfar dan bertobat, karena engkau telah menghancurkan seluruh rukun syariat dan membatalkan batasan-batasannya. Sungguh, kalaulah aku memiliki kuasa, tentu akan kupenggal leher orang sepertimu. Sungguh, para nabi, rasul dan orang-orang mulia menyaksi bahwa Allah Ta'ala adalah Pencipta semua perilaku mereka, tetapi mereka tetap memohon ampun dan menangis, hingga rumput tumbuh di siram air mata mereka."
Rasulullah saw bersabda, "Aku peringatkan kepada kalian tentang penyakit dan obat kalian. Sungguh, penyakit kalian adalah dosa, dan obatnya adalah istighfar."

Rabu, 28 April 2010

NAWAFIL

Para salaf shalih tidak pernah menganggap remeh berbagai amal keutamaan (sunat) yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Bahkan, mereka lebih banyak melakukannya. Kalaupun mereka telah banyak melakukannya, mereka tetap tidak menganggap bahwa mereka telah memperoleh pahala keutamaan yang sempurna.

Senin, 26 April 2010

TAWADHU

Para salaf shalih akan semakin tawadhu setiap kali mengalami kenaikan maqam. Berbeda dengan keadaan orang yang semakin mendekati lampu. Jika seseorang semakin dekat dengan lampu, ia akan merasa diri semakin besar, karena bayangannya yang bertambah besar. Sedangkan para salaf shalih, semakin mereka dekat dengan Allah Ta'ala, mereka semakin merasa hina, bahkan merasa diri lebih kecil dari nyamuk. Itu terjadi karena, saat semakin dekat kepada Allah Ta'ala, mereka semakin jelas menyaksikan keagungan-Nya.
Iblis diusir dari hadapan-Nya karena kesombongannya, karena dia berkata, "Aku lebih baik darinya (Adam)." Saudaraku pahamilah hal ini! jika engkau melihat seorang faqir bersikap sombong, jauhilah ia! Sungguh, ia adalah musuh Allah. Ibn Abbas ra pernah berkata, "Allah Ta'ala telah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as : Wahai Musa! Makhluk-Ku yang paling Kubenci adalah orang yang hatinya sombong, lidahnya kasar, tangannya bakhil, dan akhlaknya buruk."

Sabtu, 24 April 2010

'UZLAH

Para salaf shalih selalu melakukan 'uzlah (pengasingan diri). Mereka bergaul dengan orang lain hanya demi kemaslahatan syar'i. dalam perilaku seperti ini, para salaf memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
Orang yang banyak bergaul dengan masyarakat luas, dianggap keluar dari jalan salaf shalih, bahkan kehilangan manfaat. Karena, orang yang banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas, akan hina dan jatuh di mata mereka. Mereka pun akan memandangnya tidak berbeda dengan mereka dalam hal kehinaan akhlak dan kelalaian akan Allah Ta'ala.
Aku masih ingat, suatu hari, aku mengunjungi seorang syaikh. Pertemuanku dengannya nyaris terbebas dari ghibah, meskipun masih ada sedikit. Setelah pertemuan kali itu, aku sengaja jarang menunjunginya, aku akan mencoreng keberagamaanku dan keberagamaannya, bukan karena ku meremehkan haknya. Jika dalam pertemuan dengan para syaikh saja bisa muncul ghibah, bagaimana dalam pertemuan dengan selain mereka?! Maka, wahai saudaraku, jagalah dirimu dengan baik setiap kali mengunjungi seseorang di zaman sekarang. Jangan meremehkan masalah ini!

Jumat, 23 April 2010

SALING BERKIRIM SURAT

Para salaf shalih sering berkirim surat berisi nasihat, jika satu sama lainnya berjauhan tempat. Yang menerimanya pun akan sangat senang dan bersyukur atas nasihat tersebut. Berbeda dengan orang-orang di zaman sekarang yang jika engkau menasehati salah seorang di antara mereka, ia akan segera mencari-cari aib dirimu untuk bahan ejekan. Salah seorang salaf yang pernah kutemui memiliki kebiasaan seperti ini (berkirim surat) adalah Syaikh al-Kaazawaani yang tinggal di Makkah Mukarramah. Suatu hari, Syaikh Muhammad bin Iraaq mengiriminya surat yang tak mungkin diemban gunung-gunung. dan Syaikh al-Kaazawaanii sangat senang dengan nasihat isi surat itu, ia berkata, "Syaikh Muhammad telah mengoreksi kami, semoga Allah Ta'ala memberinya pahal keaikan atas nasihatnya kepada kami."

Sabtu, 17 April 2010

MENGHINDARI PERSETERUAN

Para salaf shalih senantiasa menjauhi perseteruan dengan orang lain, bahkan lebih banyak bergaul dan tidak menerima yang lain dengan penerimaan yang buruk. Meskipun orang lain memusuhi mereka, mereka tidak memusuhi seorang pun. Kami medengar riwayat bahwa Nabi Dawud as pernah berkata kepada putranya, "Anakku! jangan menganggap sedikit satu musuhmu, dan jangan menganggap banyak seribu temanmu."

MENJALIN PERSAUDARAAN (2)

Para salaf shalih hanya menjadikan orang lain sebagai saudara jika mereka tahu bahwa diri mereka bisa memenuhi haknya. Sungguh, jika engkau tidak memenuhi hak saudaramu, berarti sebenarnya ia bukan siapa-siapa bagimu.

RAMAH

Para salaf shalih senantiasa bersikap ramah terhadap orang yang minta kepada mereka, tidak pernah menolaknya. Dan mereka menganggap bahwa si peminta hanya meminta sesuatu yang memang dibutuhannya.

SEDEKAH

Para salaf shalih senantiasa menyediakan semua kelebihan harta yang mereka miliki, baik di siang hari maupun malam, secara sembunyi maupun terang-terangan. Jika mereka tidak memiliki kelebihan harta untuk disedekahkan, mereka bersedekah dengan 'tidak menyakiti' orang lain, atau dengan bersikap sabar atas perilaku orang lain yang enyakitkan mereka.
Sedekah orang-orang fakir di zaman dulu lebih besar dari pada sedekah orang-orang kaya. Karena, orang-orang fakir di zaman dulu tidak pernah menimbun harta dan makanan, berbeda dengan orang-orang kaya. Dibanding orang kaya, orang-orang fakir lebih harum jiwanya dalam sedekah. Kesempurnaan iman orang fakir salaf shalih tampak pada kedermawanannya terhadap orang-orang yang butu, dan mereka tidak kikir.

TIDAK MAKAN BARANG SYUBHAT

Para salaf shalih tidak memenuhi undangan makan dari orang yang dalam hartanya terdapat syubhat, misalnya: undangan makan dari para penguasa, pelawak, hakim, pendusta, syikh negara, pedagang yang menjual barangnya dengan cara zhalim, dan orang-orang sejenis lainnya. bahkan, mereka tidak suka meminta harta apapun-yang halal-yang dimiliki orang lain.
Salah satu ciri makanan syubhat adalah, makanan yang disajikan sangat beragam jenisnya. Sungguh, jika seseorang mencari makanan yang halal, tentu ia tidak akan mendapat banyak, dan ia pun tidak akan bisa menyajikannya beraneka ragam. Karena itu, rasulullah saw pernah melarang makan makanan orang-orang yang suka berlebihan (mubazir) nan sombong.

MEMULIAKAN TAMU

Para salaf shalih senantiasa memuliakan dan menjamu tamu. Mereka melayaninya sendiri, tidak mewakilkan kepada orang lain, kecuali jika ada udzur syara'. Bahkan, dengan semua layanan dan jamuan khusus yang mereka berikan, mereka tetap tidak memandang diri telah memenuhi hak para tamu yang datang kepada mereka. Semua itu dilakuka agar tetamu tidak menjadi berdosa karena erburuk sangka kepada mereka dengan menganggap mereka sebagai orang kikir.
Rasulullah saw melayani sendiri tamu yang datang bertandang kepada beliau. Demikian juga para saabat dan tabi'in ra. Ketika utusan an-Najasyi datang bertamu kepada Rasulullah saw, Rasul tidak mengizinkan seorang pun untuk meayani sang utusan itu sang utusan itu, dan beliau melayaninya sendiri. Beliau berkata, "Mereka adalah sahabat kita yang mulia. Karena itu, aku ingin aku sendiri yang menghormati dan menjamu mereka."
Para salaf shalih ada yang memandang bahwa alam penjamuan tamu seperti malam Hari Raya. Karena bagi mereka, kedatangan tamu berarti mendapat bahagia.

Sabtu, 10 April 2010

MENJALIN PERSAUDARAAN (1)

www.fauzirosid.blogspot.com


Para salaf shalih tidak tergesa-gesa dalam membangun persaudaraan dengan mengatasnamakan Allah, bahkan mereka lebih banyak menunggu dalam hal yang sunat ini, sebagai tatakrama terhadap Allah. Supaya jangan sampai mereka menjalin persaudaraan atau persahabatan dengan seseorang tanpa mengetahui hak-haknya. Sebab, jika mereka telah menjadikan seseorang sebagai saudaranya, mereka mesti memenuhi hak-haknya, karena apa yang menjadi maslaahnya, erarti menjadi maslaah mereka, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.
Lain halnya dengan orang di zaman sekarang. Mereka tergesa-gesa dalam menjalin persaudaraan dan persahabatan. Namun, pada waktu yang singkat, mereka kemudian saling bermusuhan. Para salaf shalih berkata, "Kerusakan di akhir berasal dari kerusakan di permulaan."

BERBUAT BAIK TERHADAP SESAMA

www.fauzirosid@blogspot.com

Para salaf shalih sangat gemar berbuat baik kepada sesama, mereka suka memberi kelapangan dan kegembiraan satu sama lain. Mereka juga selalu mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan diri sendiri.

DERMAWAN DAN TOLERAN

Para salaf shalih sangat berbaik hati,dermawan, mengorbankan harta dan toleran terhadap teman, baik saat bepergian maupun berada di tempat tinggal. Sungguh, semua itu akan menegakkan pertolongan agama yang merupakan tujuan mereka. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Jika orang-orang kaya di antara kalian adalah orang-orang dermawan di antara kalian, para pemimpin kalian adalah orang-orang pilihan di antara kalian, dan segala urusan kalian dimusyawarahkan di antara kalian, tentu punggung bumi lebih baik bagi kalian daripada perut bumi. Tetapi, jika orang-orang kaya di antara kalian adalah orang-orang kikir, para pemimpin kalian adalah orang-orang jahat, serta semua urusan diserahkan kepada perempuan-perempuan kalian, tentu perut bumi lebih baik bagi kalian daripada punggungnya."

Kamis, 08 April 2010

BERSIKAP KSATRIA DAN BERBUDI LUHUR

fauzirosid@blogspot.com

Para salaf shalih selalu bersikap ksatria (futuwwah) dan berbudi luhur (muru'ah), dengan meneladani akhlak Rasulullah saw, para sahabat, tabi'in, dan ulama yang mengamalkan ilmunya, semoga Allah meridhoi mereka semua. Sungguh, tidak ada kebaikan pada orang yang sama sekali tidak memiliki sikap ksatria dan budi yang mulia, meskipun ia telah melakukan ibadah yang sangat berat.

TEGAS DALAM AKHLAK YANG BAIK

Para salaf shalih memiliki akhlak yang baik serta perangai yang tegas, meneladani akhlak Rasulullah saw dan sebagai pengamalan sabda beliau, "Pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik."

MEMBACA AIB DIRI

fauzirosid@blogspot.com


Para salaf shalih senantiasa menyibukkan diri dengan aib diri sendiri, sehingga mereka tidak sempat lagi mengurusi aib orang lain. Sikap ini merupakan pengamalan firman Allah Ta'ala, "Dan terhadap diri-diri kamu semua, tidakkah kamu perhatikan?" dan pengamalan hadis, "Berbahagialah orang yang menyibukkan diri dengan aib dirinya sendiri daripada mengurusi aib orang lain", serta: "Barangsiapa mencari-cari aib orang lain, dihitung dalam golongan setan-setan", yakni jauh dari rahmat Allah Ta'ala. Mereka para ahli Allah, tidak akan rela membiarkan diri jauh dari rahmat Allah Ta'ala.

FITNAH DAN ADU DOMBA

fauzirosid@blogspot.com

Para salaf shalih akan menyembunyikan berbagai rahasia (sir), tidak seorang pun yang mereka kabari tentang apa yang mereka dengar sebagai haknya. Mereka mengatakan, "Hati orang merdeka merupakan kuburan rahasia." Jika bukan ahli Allah yang menyembunyikan rahasia itu, siapa lagi yang akan menyembunyikannya?
Di zaman sekarang, akhlak seperti ini sudah sangat asing. Banyak syeikh di zaman sekarang yang mungkin mendengar suatu rahasia, lalu menceritakan rahasia itu kepada setiap orang yang bertamu kepadanya. Kemudian, misalnya ia berkata, "Seorang wali Allah telah mengabarkannya kepadaku." Padahal dalam rahasia yang didengarnya itu ada kabar tentang kehancuran suatu kampung. Orang seperti ini tidak layak mendapat predikat wali Allah, bahkan mungkin ia bisa disebut sebagai fasiq, karena telah menebar permusuhan dan kerusakan di antara manusia, walaupun ia tidak bermaksud demikian.

Sabtu, 03 April 2010

TENTANG WASWAS

fauzirosid@blogspot.com

Para salaf shalih tidak waswas dalam wudhu, shalat, maupun bacaan-bacaan lain dalam praktik ibadah keseharian, disertai tingkat kehati-hatian (wara') yang sempurna. Waswas berasal dari kegelapan hati, kegelapan hati berasal dari kegelapan amal, dan kegelapan amal muncul karena MAKAN barang HARAM dan SYUBHAT. Jika seseorang telah terbebas dari barang haram dan syubhat, serta hanya makan yang halal, Iblis tidak akan menemu jalan untuk mencelakakannya. Orang yang makan barang haram atau syubhat -- misalnya makanan yang diperoleh dari kezhaliman, dari para penipu, penguasa zhalim, para hakim culas -- tidak akan bisa sampai pada khusyu dan hudhur di hadapan Allah dalam setiap peribadatannya, ia juga tidak akan mengetahui kewajiban apa saja yang telah dilakukan dan ditinggalkannya. Orang seperti ini hanya akan mendapat lelah dan kepayahan. Tidak akan mendapat keteguhan dalam niat shalatnya, seakan-akan ia sedang berburu sesuatu yang lepas dari genggamannya.

Jumat, 02 April 2010

BAHAYA GHIBAH

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih menutup pintu ghibah rapat-rapat di majelis mereka, agar majelis mereka tidak menjadi majelis dosa. Agar di hari kiamat kelak, (pahala) hadis dan wirid yang mereka baca di majelis tersebut tidak menjadi hancur karena ghibah. Syekh Afdhaluddiin ra. berkata, "Banyak sekali amal shalih yang kulakukan pada waktu-waktu tertentu, menjadi amal yang kelak di hari kiamat akan diberikan kepada musuh-musuhku, mereka yang memiliki harta padaku yang mesti kupertanggungjawabkan."

TIDAK BANYAK BICARA

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih senantiasa berada dalam keadaan sangat lapar dan tidak membiarkan perutnya penuh makanan. Itu mereka lakukan agar mereka tidak banyak bicara dan bercanda, sebagaimana dilakukan oleh para ulama yang mengamalkan ilmunya. Sungguh, orang yang kenyang akan banyak bicara ngawur. Muhammad ar-Raahibii berkata, "Barangsiapa memasukkan makanan lebih dari yang dibutuhkan ke dalam perutnya, dari lisannya akan keluar kata-kata lebih dari yang dibutuhkan untuk dikatakan."

Kamis, 01 April 2010

HASAD

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih tidak berbuat hasad kepada sesama muslim, dan mereka senantiasa memberi nasihat kepada sesama sesuai dengan tuntunan syariah. Dengan demikian mereka menjadi yang dipertuan di tengah-tengah masyarakat.Kalau saja di dalam hati mereka masih ada sifat hasad atau iri kepada seseorang, tentu mereka tidak akan menjadi tuan, dan para penguasa pun tidak akan meminta bantuan mereka.

HIKMAH

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih lebih banyak diam daripada berbicara. Kalaupun berbicara, pembicaraannya sederhana penuh hikmah dan mudah dipahami orang yang diajak bicara. Rasulullah saw bersabda, "Aku telah diberi kata-kata sederhana penuh makna, dan untukku, kalimat telah diringkaskan."

Rabu, 31 Maret 2010

AKAL

fauzirosid.blogspot.com


Para salaf shalih memiliki perangai yang santun, tenang, sopan, dan sedikit bicara. Mereka memiliki sikap seperti itu karena tingkat kesempurnaan akal dan pengetahuan yang mereka miliki, juga banyaknya pengalaman hidup bersama orang-orang sezaman mereka.

WARA'

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih selalu berusaha menutupi aib sesama muslim, dan mereka senantiasa melakukan introspeksi diri dalam kehati-hatian. Mereka tidak suka menampakkan aurat saudaranya dan sangat berhati-hati serta penuh pertimbangan dalam setiap ucap dan perbuatan mereka.Demikian juga dalam hal makanan, minuman, dan pakaian yang mereka kenakan. Mereka sangat keras melindungi seluruh anggota tubuhnya agar tidak jatuh dalam sesuatu yang diharamkan Allah Ta'ala: menjaga lisan, perut, kemaluan, mata dan sebagainya.

Senin, 08 Maret 2010

TAKWA

fauzirosid.blogspot.co.id
Para salaf shalih sangat detail dalam menjalankan takwa kepada Allah Ta'ala tanpa mengaku diri sebagai orang bertakwa. Sungguh, Allah Ta'ala memperhitungkan amal hamba sampai yang terkecil, yang sering kita abaikan. Sikap seperti ini sudah sangat asing di zaman sekarang. Bahkan, manusia di zaman sekarang umumnya mengaku telah bertakwa, meskipun tidak pernah menelisik diri mereka sendiri lebih jauh. Orang-orang di zaman sekarang merasa telah bertakwa hanya dengan berdzikir di pagi dan sore hari,meskipun dirinya tidak pernah berhati-hati dalam ucapan, perbuatan, makanan, minuman, dan pakaian. Mereka mengenakan pakaian seorang syeikh, tetapi ucapan dan perbuatannya adalah ucapan dan perbuatan orang fasik dan munafik.

Minggu, 07 Maret 2010

SYUKUR

Fauzirosid.blogspot.com


Para salaf shalih tidak pernah menganggap diri telah cukup bersyukur kepada Allah Ta'ala. Bahkan, mereka senantiasa merasa belum bersyukur sedikit pun. Perasaan ini didasari oleh kesadaran bahwa mereka tidak akan pernah bisa mensyukuri limpahan nikmat yang mereka terima dari Allah. Kalaupun mereka telah bersyukur semaksimal mungkin, itu tetap tidak sebanding dengan banyaknya nikmat yang diberikan Allah.

Sabtu, 06 Maret 2010

RIDHA

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih selalu menrima setiap kenyataan dari Allah Ta'ala dan ridha atas ketentuan-Nya. Jika ditinggal mati oleh putera, saudara, keluarga, atau kerabat, mereka akan pasrah dan rela. Sikap ini merupakan sikap pengutamaan kehendak Allah Ta'ala atas keinginan mereka.

Jumat, 05 Maret 2010

SABAR

fauzirosid.blogspot.com


Para salaf shalih senantiasa bersabar menghadapi berbagai cobaandan bencana yang menimpa mereka. Mereka tidak pernah marah atas ketentuan Allah Azza wa Jalla yang ditimpakan kepada mereka. Mereka berkata, "Orang yang belum bisa bersabar menghadapi cobaan dan bencana, sebaiknya bersikap tabah." Karena ada sebuah hadis yang berbunyi, "Barangsiapa yang bersikap tabah, Allah akan menyabarkannya." Orang yang tidak bisa bersabar dalam berbagai hal duniawi, seperti dalam hal makan, tidur, pakaian, dan lainnya, di hari kiamat ia tidak akan mendapat ucapan salam dari para malaikat. Bahkan, ia akan berada dalam kondisi sulit, kebingungan dan tidak merasa aman. Berbeda dengan orang-orang yang bersabar, para malaikat akan berkata kepada mereka: "Keselamatan bagimu atas kesabaranmu," sehingga mereka tidak kebingungan atau pun kesusahan. Mereka akan mendapatkan kebahagiaan, kegembiraan, dan ketenangan.

Selasa, 02 Maret 2010

Tidak Mempermainkan Allah

www.fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih tidak pernah mempermainkan Allah Ta'ala dengan sekadar mengharapkan ampunan-Nya tanpa disertai amal shalih. Bahkan, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah, lalu mengharap karunia Allah Ta'ala, bukan pada amal shalih mereka. Dalam sebuah hadits disebutkan: "Orang cerdik adalah yang memandang diri sebagai orang hina, lalu beramal untuk kepentingan setelah kematian. Sedangkan orang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya sambil mengangankan ampunan dari Allah Ta'ala.

Sabtu, 30 Januari 2010

ALLAH KHALIQ, NABI MUHAMMAD MAKHLUQ

Sungguh telah banyak orang yang salah faham dalam menilai sesuatu yang dimiliki bersama oleh kedua maqom (posisi) – yakni posisi Khaliq dan makhluq. Yang lantas mereka terburu-buru memvonis bahwa menisbahkan sifat-sifat khaliq kepada makhluq sama artinya dengan syirik. Khususnya yang dikaitkan dengan pribadi Rasulullah yang mereka maksud: membesar-besarkan berbagai keistimewaan Rasulullah dianggap oleh mereka sama dengan mensifati beliau dengan sifat-sifat uluhiyah (berhak disembah).
Padahal ini suatu kebodohan yang nyata. Lantaran Allah SWT hanya memberikan apa yang dikehendaki-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya pula, tanpa suatu kewajiban atau keharusan yang mengikat, melainkan hanya pemuliaan terhadap siapa saja yang Dia kehendaki untuk Dia muliakan, atau Dia angkat posisinya yang Dia ingin nyatakan kelebihannya dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, dalam hal ini tidak ada perampasan hak-hak Allah, baik dari sudut rububiyah (pencipta dan pemilik alam), maupun uluhiyah (yang berhak disembah). Atau dengan kata lain, berbagai kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki oleh para nabi itu, sama sekali tidak akan pernah mengikis rububiyah dan uluhiyah Allah SWT sebagai Pencipta Yang Maha Tinggi.
Dengan demikian, jika ada makhluk yang memiliki sedikit kesamaan dari salah satu sifat-Nya, maka sifat tersebut – sesuai dengan sifat nisbi manusia – pastilah sangat terbatas. Dan oleh sebab itu, juga dapat bermanfaat hanya dengan izin Allah dan dengan kemurahan serta kehendak-Nya.
Jadi, bukan karena makhluk itu sendiri. Lantaran semua makhluk, pada dasarnya lemah tak berdaya, serta tidak akan pernah memiliki daya dan upaya mendatangkan atau menolak, baik kemanfaatan maupun kemudaratan. Begitu pula manusia tidak akan pernah bisa menentukan kehidupan, kematian, dan kebangkitannya.
KEPADA BAGINDA NABI MUHAMMAD—ADA BANYAK HAL YANG MERUPAKAN HAK ALLAH SWT, NAMUN ALLAH LANTAS MEMBERIKANNYA KEPADA RASULULLAH SAW, DAN ATAU KEPADA PARA NABI YANG LAIN. DALAM HAL INI TIDAK BERARTI SIFAT-SIFAT ITU SEKALIGUS MENGANGKAT PARA NABI KHUSUSNYA NABI MUHAMMAD SAW PADA TINGKAT DERAJAT ULUHIYAH, ATAU MENJADIKANNYA SEKUTU ALLAH SWT.
Contohnya:
- SYAFA’AT, yang merupakan milik Allah SWT (Az-Zumar, 39:44) Namun demikian, terdapat hadis yang menyatakan bahwa syafaat juga dimiliki Rasulullah SAW dan para pemberi syafaat yang lain, yakni (artinya):
Aku diberi (memiliki) syafaat. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Darimi, dan Ahmad).
- ILMU GHAIB, yang merupakan sesuatu yang mutlak milik Allah (An-Naml, 27:65) Namun demikian dalam hal ini Allah juga mengajarkan ilmu ghaib kepada para nabi-Nya, sebagaimana ayat (artinya):
Allah mengetahui yang ghaib, maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan belakangnya. (Al-Jin, 72: 26-27)
- HIDAYAH, juga sesuatu yang khusus milik Allah (Al-Qashash, 28:56) Namun pada ayat yang lain, terdapat penjelasan bahwa dalam soal petunjuk para nabi juga memiliki andil, yakni:
Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Dengan demikian, hidayah yang dimaksud pada ayat pertama tidak sama dengan hidayah pada ayat kedua. Hal ini bisa dipahami oleh orang-orang berakal sehat dari kaum yang beriman, yang mengerti perbedaan posisi Khaliq dan makhluk. Lantaran jika tidak demikian, niscaya ayat itu akan berbunyi:
Sesungguhnya engkau menunjuki dengan petunjuk irsyad saja. Atau boleh jadi akan berbunyi: Engkau memberi petunjuk dengan petunjuk yang berbeda caranya dengan cara Kami.
Namun semua itu tidak terjadi, melainkan Allah menetapkan bagi beliau kemampuan memberi petunjuk, tanpa embel-embel dan tanpa syarat, karena kaum muslimin sudah dapat memahami makna lafadznya, dan mengerti perbedaan madlul-nya (makna yang ditunjuk oleh lafadz itu) dengan memperhatikan (ketidaksamaan) apa yang disandarkan kepada Allah dan apa yang disandarkan kepada rasul-Nya.
Yang senada dengan itu --- sebagai bahan perbandingan – dapat kita lihat dalam Al-Quran yakni pernyataan sifat Rasulullah yang rauf dan rahim oleh Allah dalam ayat (bil mu’miniina rauufr rahiim).
Maka dengan demikian kita pun maklum bahwa sifat ra’fah dan rahmah (kasih sayang dan cinta) yang dimiliki Rasulullah, memang hasil pemberian Allah SWT. Dan yang pasti, tidak sama dengan sifat ra’fah dan rahmah milik Allah SWT.
Namun demikian, ketika Allah SWT mensifati nabi-Nya dengan kedua sifat tersebut, tetap tanpa keteranga dan penjelasan yang rinci. Lantaran kaum muslimin yang membaca kitab suci Al-Quran sudah dianggap maklum akan perbedaan antara khaliq dan makhluk.

Jumat, 15 Januari 2010

PUJIAN ATAS NABI MUHAMMAD SAW

Sungguh suatu pendapat yang tidak betul yang mengatakan bahwa siapa pun yang memuji Nabi Muhammad SAW dan mengangkatnya melebihi kebanyakan orang, menyanjungnya, dan menyifatinya dengan apa saja yang membedakannya dari yang lain, berarti ia telah melakukan pujian berlebihan (al-‘ithraa’), suatu sikap berlebihan yang tercela (al-ghuluww al-madzmuum) dan berarti ia telah melakukan bid’ah dalam agama serta bertentangan dengan Sunnah Sayyidina, Nabi Muhammad SAW. Mengapa salah pendapat tersebut? Sebab Nabi Muhammad SAW hanya melarang memujinya – secara berlebihan – sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nasrani terhadap Nabi Isa AS, yang mengatakan bahwa “(Nabi Isa) itu putra Allah”. Maksudnya, orang yang memuji Nabi Muhammad SAW –secara berlebihan – dan menyifatinya dengan sifat-sifat yang diberikan kaum Nasrani terhadap Nabi Isa, sama saja dengan mereka.

ADAPUN ORANG YANG MEMUJI RASULULLAH SAW DAN MENYIFATINYA DENGAN SIFAT-SIFAT KEMANUSIAAN – DENGAN TETAP MENGAKUINYA SEBAGAI ‘ABDULLAH, HAMBA ALLAH DAN UTUSAN-NYA – JUGA MENJAUHKANNYA DARI KEYAKINAN SESAT SEBAGAIMANA DILAKUKAN KAUM NASRANI ADALAH ORANG YANG MEMPUNYAI JIWA TAUHID YANG SEMPURNA.

Biarkanlah apa yang diyakini kaum Nasrani pada Nabinya
Tetapkanlah sesukamu pujian yang layak bagi Nabimu dan teguhkanlah
Karena keutamaan Rasulullah SAW itu tidak terbatas
Tak ada lisan yang mampu mengungkapkannya
Satu hal yang pasti diketahui, ia adalah manusia
Ia adalah makhluk Allah yang paling utama dari semuanya

Bukankah Allah SWT pun telah memuji Nabi Muhammad SAW melalui firman-Nya: “Dan sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad SAW) benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (Al-Qolam, 68:4). Allah juga memerintahkan supaya umat manusia senantiasa beradab dan mengikuti tata sopan santun bersama Nabi, baik dalam berbicara maupun dalam bertanya jawab. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi.” (al-Hujurat, 49:2). Allah SWT juga melarang kita memperlakukan Nabi sebagaimana kita memperlakukan manusia biasa, dan Dia pun mencegah kita memanggilnya dengan cara sebagaimana yang berlaku di antara kita dengan ikhwan kita. Dengan tegas, Dia berfirman: “Janganlah kamu jadikan panggilan (terhadap) Rasul diantara kamu seperti sebagian kamu memanggil yang lain.” (An-Nur, 24:63). Allah SWT mencela orang-orang yang menyamakan Rasulullah dengan yang lain dalam rangka bergaul dan gaya hidup: “Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.” (Al-Hujurat, 49:4).

Rasulullah SAW pun biasa dipuji dan disanjung oleh para sahabatnya yang mulia. Beliau tidak melarang mereka, apalagi menuduhnya berbuat syirik. Bahkan, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah, dengan tegas, memuji dirinya sendiri. Beliau bersabda,

Aku adalah manusia terbaik di antara ashhabul yamin, kelompok yang beruntung. Aku adalah manusia terbaik di antara orang-orang yang menang dan beruntung. Dan aku adalah putra Adam yang paling bertakwa dan paling mulia di hadapan Allah. Bukan sombong. (HR. Imam Thabrani dan Al-Baihaqi dalam Dalaa-il)

Malaikat Jibril AS pun memuji Baginda Nabi Muhammad SAW, ia berkata,

Aku membolak-balikkan bumi, timur dan baratnya, tetapi aku tidak menemukan seseorang yang lebih utama daripada Muhammad SAW dan aku pun tidak melihat keturunan yang lebih utama daripada keturunan (bani) Hasyim. (HR. Al-Baihaqi, Abu Nu’aim, At-Thabrani dari Siti Aisyah ra)

Abu Sa’id mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

Aku adalah pemimpin (sayyid) keturunan Adam pada hari kiamat; bukan sombong. (HR. Imam Turmudzi; ia menilai hadis ini hasan shahih)

Itulah dalil-dalil yang menunjukkan bahwa memuji Rasulullah SAW bukan suatu bid’ah karena telah dicontohkan oleh Allah, Nabi Muhammad sendiri, juga oleh para sahabat-sahabat beliau. Dalil-dalil diatas pun sekaligus menunjukkan KITA TIDAK DILARANG MEMUJI RASULULLAH SAW, selama menyifatinya dengan sifat-sifat kemanusiaan – dengan tetap mengakuinya sebagai ‘abdullah, hamba Allah dan utusan-Nya – juga menjauhkannya dari keyakinan sesat sebagaimana dilakukan kaum Nasrani yang memuji Nabi Isa dengan mengatakan bahwa “Nabi Isa itu putra Allah”.

Dan ketahuilah! Setinggi apapun pujian kita kepada Nabi Agung Muhammad SAW sesungguhnya kita tetap tak dapat menempatkan beliau pada posisi yang tepat dikarenakan beliau adalah manusia yang martabat dan kemuliaannya di atas semua manusia. Meskipun kita umat beriman telah beroleh kehormatan menjadi pengikut Rasulullah SAW namun kita tidak dapat mengetahui setinggi apa hakikat kemuliaan dan martabat beliau SAW. Karenanya tidak ada itu yang disebut melakukan pujian berlebihan (al-‘ithraa’) atau pun melakukan suatu sikap berlebihan yang tercela (al-ghuluww al-madzmuum). Maka, pujilah Sayyidina Nabi Muhammad SAW setinggi mungkin, karena semua itu masih kurang.... Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidninaa Muhammad.

Rabu, 13 Januari 2010

KEISTIMEWAAN SAYIDINA MUHAMMAD SAW

Allah SWT menciptakan junjungan kita sayidina Muhammad Rasulullah SAW sebagai manusia, tapi tidak sebagaimana manusia biasa (basyaran laa kal basyar), beliau adalah manusia yang martabat dan kemuliaannya di atas semua manusia. Meskipun kita umat beriman telah beroleh kehormatan menjadi pengikut Rasulullah SAW namun kita tidak dapat mengetahui setinggi apa hakikat kemuliaan dan martabatnya. Pengetahuan kita terbatas pada martabat dan kemuliaan yang ada pada sesama manusia biasa, tidak dapat mengetahui hakikat kemuliaan yang dilimpahkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW sebagai manusia di atas segala manusia. Kita ingin dan berusaha mengetahui dan memahami sejauh dan setinggi mana kemuliaan dan martabat Rasulullah SAW, namun kita terbentur pada keterbatasan kita yang jauh berada di bawah martabat beliau SAW.

Sebagian orang menyangka bahwa para nabi termasuk Nabi Muhammad SAW sama dengan manusia lain dalam berbagai hal, baik dalam keadaan – situasi dan kondisinya – maupun dalam sifat-sifatnya. Tentu saja pemahaman seperti ini merupakan suatu kesalahan besar dan kekeliruan yang nyata. Karena pandangan-pandangan keliru ini adalah milik kaum penentang para nabi. Seperti pandangan kaum Nabi Nuh as terhadapnya sebagaimana dihikayatkan dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman: “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, ‘Kami tidak melihat kamu kecuali sebagai seorang MANUSIA BIASA SPERTI KAMI’.” (Hud, 11:27). Lihat pula QS Al-Mukminun (23):47; Asy-Syu’ara (26):154; Asy-Syu’ara (26):185-186. Pandangan kaum musyrikin terhadap Nabi Muhammad SAW pun tidak kalah buruknya. Mereka hanya mengakuinya sebagai manusia biasa. Hal itu sebagaimana difirmankan Allah SWT: “Mereka berkata, ‘Mengapakah rasul ini memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar?”

Meskipun memang dalam beberapa hal sama seperti manusia lain – sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT: Qul innamaa ana basyar mitslukum; Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku (Nabi/Rasul) ini hanyalah manusia (biasa) seperti kamu’ (Al-Kahfi, 18:110) – tetapi para nabi berbeda dari kebanyakan manusia biasa dalam berbagai sifat dan karakteristiknya. Dibawah ini kami sebutkan berbagai sifat dan keistimewaan mereka dibanding manusia biasa lainnya – sebagaimana diisyaratkan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.




a. Para nabi AS adalah manusia pilihan, terlebih Nabi Muhammad SAW. Mereka dipilih dan dimuliakan oleh Allah SWT dengan dijadikan-Nya sebagai nabi/rasul. Mereka juga dianugerahi hikmah dan diberi kekuatan intelektualitas serta ketajaman berpikir.. Mereka dijadikan Allah untuk menjadi penengah di antara-Nya dan makhluk-Nya. Tugas mereka adalah menyampaikan risalah dari Allah kepada makhluk-Nya, dan memperingatkan mereka dari murka dan siksa-Nya. Mereka dibebani tugas menunjuki makhluk kepada apa yang membahagiakan mereka, baik di dunia maupun di akhirat.


b. Meskipun biasa makan, minum, dan berjalan-jalan di pasar, kadang-kadang sehat dan kadang-kadang sakit, menikah bahkan ditimpa sifat-sifat kemanusiaan seperti yang dialami manusia biasa pada umumnya – seperti lemah, tua, juga kematian – para nabi terlebih Baginda Nabi Muhammad SAW mempunyai kelebihan, keistimewaan, dan sifat-sifat agung. Sifat-sifat itu merupakan suatu kelaziman bahkan termasuk hal-hal primer yang mesti mereka miliki. Adapun sifat-sifat yang melekat pada diri mereka adalah sebagai berikut: jujur (shidq), menyampaikan amanah (tabligh), terpercaya (amanah), pandai (fathanah), terbebas dari aib yang sangat jelek, yang dapat membuat manusia lari darinya (as-salam minal ‘uyub almunfirat), terpelihara dari hal-hal yang dapat mengurangi kredibilitasnya sebagai nabi/rasul (al-‘ishmah). Sifat-sifat ini tidak dapat dimiliki oleh manusia biasa kecuali melalui proses perjuangan melawan nafs.


c. Adapun Nabi Muhammad SAW beliau memiliki sifat dan karakteristik khusus diantaranya:


- Rasulullah melihat apa yang ada di belakangnya, sebagaimana sabdanya: “Apakah kamu dapat melihat kiblatku disebelah sini? Demi Allah, tidak samar atasku rukukmu dan sujudmu. Sungguh aku melihat kamu sekalian dari belakang punggungku.” (HR. Syaikhani (Bukhari dan Muslim).


- Rasulullah SAW melihat apa yang tidak kita lihat dan mendengar apa yang tidak kita dengar, sebagaimana sabda beliau, “Sesungguhnya aku (dapat) melihat apa yang tidak kamu lihat, dan mendengar apa yang tidak kamu dengar.” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu Majah)


- Ketiak Nabi yang mulia putih warnanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik ra yang berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dalam berdoa sehingga terlihatlah warna putih ketiaknya.”


- Nabi Muhammad SAW terpelihara dari kebiasaan menguap. Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan dalam At-Tarikh dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf serta Ibnu Sa’d dari Yazid ibn Al-Asham yang mengatakan: “Nabi Muhammad SAW tidak pernah menguap sama sekali.


- Keringat Rasulullah SAW harum baunya. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas ra yang bercerita: “Rasulullah SAW pernah datang kepada kami. Beliau tidur siang di tempat kami. Ia tampak berkeringat. Lalu datanglah ibuku membawa sebuah botol. Ia berusaha menampung keringat Rasulullah. Rasulullah SAW terbangun. Ia bersabda: ‘Ya ummu Sulaim, apa yang engkau perbuat?’ Ia menjawab: ‘Keringat. Ia akan kami jadikan minyak wangi; pasti akan menjadi minyak wangi yang paling wangi’.”


- Rasulullah SAW tidak memiliki bayangan. Al-Hakim dan At-Turmudzi meriwayatkan dari Dzakwan: “Sesungguhnya Rasulullah SAW itu tidak ada bayangannya, baik dari sinar matahari maupun bulan.” Bagaimana tidak, beliau adalah cahaya di atas cahaya (nuron faaqo kulla nuur).


- Nabi Muhammad SAW tidak dihinggapi lalat. Al-Qadhi ‘Iyadh – dalam Asy-Syifa – dan Al-‘Azafi – dalam maulidnya – menyebutkan: “Di antara keistimewaan Nabi Muhammad SAW itu adalah beliau tidak dihinggapi lalat”. Ibn Sab’ menambahkan dalam Al-Khashaa-is, “Diantara keistimewaan Rasulullah SAW adalah kutu rambut tidak mampu menyakitinya.”


- Darah beliau adalah suci. Al-Bazzar, Abu Ya’la, At-Thabrani, Al-Hakim, Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abdullah bin Az-Zubair bahw ia pernah mendatangi Rasulullah SAW ketika ia sedang berbekam. Setelah selesai berbekam, beliau bersabda: “Hai Abdullah, pergi dan bawalah darah ini lalu tumpahkanlah di tempat yang tidak ada siapa-siapa.” Ternyata ia meminumnya. Setelah ia kembali (kepada Rasulullah SAW), Rasulullah SAW bersabda: “Hai Abdullah apa yang engkau perbuat?” Ia menjawab: Aku letakkan darah itu di suatu tempat yang menurutku pasti tidak diketahui orang.” Rasulullah SAW bersabda, “Atau mungkin kau meminumnya?” “Ya” Jawab Abdullah. Ia bersabda, “Kecelakaanlah bagi manusia dari (sebab) kamu. Dan kecelakaanlah bagi kamu dari (sebab) manusia. Mereka tidak melihat kekuatan yang ada padanya (Abdullah) dari (karena) darah itu.”


- Mata Rasulullah SAW tidur tapi hatinya tidak. Beliau bersabda, “Mataku tidur tetapi hatiku tidak tidur.” (HR Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik ra)


- Rasulullah SAW terpelihara dari mimpi berjimak. Beliau bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun mimpi berjimak (ihtilam). Sesungguhnya ihtilam itu dari setan.” (HR Thabrani)


- Air seni Rasulullah SAW adalah suci. Diriwayatkan oleh Al-Hasan bin Sufyan, dalam musnadnya, juga oleh Abu Ya’la, al-Hakim, Ad-Daruquthni, dan Abu Nu’aim dari Ummu Aiman yang mengatakan: “Nabi SAW bangun malam, lalu mencari kendi pada sudut rumah. Beliau buang air kecil padanya. Aku pun bangun malam dalam keadaan sangat haus. Maka aku memimun air yang ada dalam kendi itu. Di pagi hari aku beritahukan hal itu kepada Nabi. Beliau tertawa seraya bersabda, “Kamu tidak akan merasa sakit perut setelah hari ini untuk selamanya.”


Dan banyak lagi keistimewaan Nabi SAW lainnya yang tidak dapat disebut secara keseluruhan. Berikut adalah ringkasan mengenai keistimewaan Nabi Muhammad SAW yang disusun oleh sebagian ulama dalam bentuk nazham:


Nabi kita diistimewakan dengan sepuluh sifat
Ia tidak pernah berihtilam sama sekali
Tak ada padanya bayangan
Bumi menelan apa yang keluar darinya
Begitu pula lalat enggan mendekat
Kedua matanya tertidur, hatinya tak mendengkur
Terlihat olehnya apa yang ada di belakang seperti ia memandang
nya dari depan
Tidak pernah menguap, sifat yang ketujuh
Diikuti sifat lain, ia terkhitan ketika lahir
Binatang mengenalinya ketika ia menaikinya
Mereka datang dengan cepat tak pernah mengelak
Posisi duduknya melebihi posisi duduk sahabatnya
Allah melimpah shalawat kepadanya, pagi dan sore hari.

Kunjungi: www.fauzirosid.blogspot.com