Kamis, 13 Mei 2010

ORANGTUA DAN MOYANG RASULULLAH SAW SELURUHNYA BERTAUHID

Ketahuilah bahwa ayah ibu dan kakek nenek Rasulullah SAW seluruhnya bertauhid, mereka bukanlah orang-orang musyrik. Hal tersebut ditunjukkan oleh sabda Rasulullah SAW: "Allah senantiasa memindahkan aku dari sulbi-sulbi yang BAIK ke rahim-rahim yang SUCI," dikeluarkan oleh Ibn Asakir dan masih ada beberapa hadis lain yang semakna dengannya.
Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang MUSYRIK itu NAJIS." Maka wajiblah tak seorang pun dari kakek nenek beliau musyrik.
Banyak dari kalangan huffaz (penghapal) ahli hadis berpendapat bahwa Allah SWT pernah menghidupkan untuk beliau kedua orang tuanya, lalu keduanya beriman kepadanya. Mereka berargumentasi dengan hadis Aisyah ra bahwa Nabi SAW pernah mampir ke Hujun dalam keadaan sedih dan berduka cita. Lalu beliau tinggal di sana selama beberapa hari. Kemudian beliau kembali dalam keadaan gembira dan berkata, "Aku telah meminta kepada Tuhanku Azza wa Jalla, lalu Dia menghidupkan ibuku untukku, kemudian dia beriman kepadaku. Kemudian Allah mengembalikannya." Dikeluarkan oleh Ibn Syahin, Al-Khatib al-Baghdadi dalam As-Sabiq wa Al-Lahiq, Ad-Daruquthni, dan Ibn Asakir dalam Ghara'ib Malik.
Sementara As-Suhaili merilis dalam Ar-Raudh Al-Unuf dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW pernah meminta kepada Tuhannya agar menghidupkan kedua orang tuanya. Lalu Tuhan menghidupkan mereka berdua untuknya, lalu keduanya beriman kepadanya. Kemudian Tuhan mematikan keduanya kembali. Hadis tersebut sekalipun dha'if dari segi ilmu hadis, akan tetapi statusnya shahih menurut sebagian ahli hakikat, sebagaimana yang diisyaratkan oleh sebagian mereka dengan perkataannya:
Aku yakin bahwa ayahanda Nabi dan ibundanya pernah dihidupkan oleh Tuhan yang Maha Mulia hingga keduanya bersaksi kepadanya akan kebenaran risalah, sungguh dan itu adalah karomah Al-Mukhtar Hadis ini dan orang yang mengatakan dha'ifnya adalah orang yang dhai'if dari hakikat yang nyata.
Maka selamatnya kedua orang tua Rasulullah SAW dan berimannya mereka, bahkan mendapatkan kedudukan terbesar ahli iman bagi keduanya, merupakan keyakinan kita. Hal tersebut didukung oleh kemuliaan derajat Rasulullah SAW dan ketinggian kedudukannya di sisi Tuhannya. Jika seseorang dari umatnya dapat meraih sebagian karunia dan rahmat Allah SWT melalui perantaraan beliau dan keberkahannya apa yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati seorang manusia, lalu bagaimana bisa kedua orang tuanya tidak dapat meraih keberuntungan yang besar itu, padahal Allah telah menganugerahi keduanya kelebihan melahirkan beliau sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal tersebut disebutkan oleh sebagian pensyarah hadis.
Keyakinan di atas sepintas nampak bertentangan dengan hadis yang terdapat dalam Shahih Muslim bahwa seorang lelaki pernah berkata kepada Nabi SAW: "Di mana ayahku?" Lalu beliau menjawab: "Ayahku dan ayahmu berada di neraka." Hadis ini ditolak oleh mayoritas ahli hadis dan ulama. Mereka mengatakan tidak boleh menghukumkan orang tua dan kakek nenek Rasulullah SAW atas dalil tersebut, karena lafaz "Ayahku dan ayahmu" tidak sepakat para perawi menyebutkannya. Yang menyebutkan hanya Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas ra., yaitu jalur yang diriwayatkan oleh Muslim. Sementara Ma'mar meriwayatkannya dari Tsabit dengan lafaz yang berbeda di mana ia tidak menyebutkan: "Ayahku dan ayahmu berada di neraka," melainkan ia mengatakan: "Jika kau melewati satu kuburan orang kafir, maka kabarkanlah kepadanya tentang neraka", dan dalam lafaz ini sama sekali tidak terdapat dalil yang menunjukkan atas ayahanda beliau.
Kemudian Al-Bazzar, At-Thabrani dan Al-Baihaqi mengeluarkan hadis bahwa seorang Arab badui berkata, "Hai Rasulullah, di mana ayahku?" Beliau menjawab, "Di Neraka." Arab Badui itu kembali berkata, "Lalu di mana ayahmu?" Beliau menjawab, "Di mana pun kau melewati satu kuburan orang kafir, maka kabarkanlah kepadanya tentang neraka." Sanad hads ini menurut kriteria Bukhari dan Muslim, dan wajib bersandar kepada lafaz ini serta mendahulukannya dari lafaz-lafaz lain. As-Suyuthi telah menyebutkan hadis ini.
Semua hadis itu dinukil oleh Al-Allamah Umar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Sumaith dalam kitabnya Hadiyyatu al-Ikhwan Syarh Aqidah al-Imani.
Demikian pula halnya hadis yang terdapat dalam shahih Muslim bahwa Nabi SAW pernah menziarahi kuburan ibundanya dan berkata, "Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk menziarahi kuburannya, lalu Dia mengizinkan aku. Kemudian aku meminta izin kepada-Nya untuk memintakan ampunan untuknya, lalu Dia tidak mengizinkan aku." Hadis tersebut ditanggungkan maknanya bahwa itu terjadi sebelum ibundanya dihidupkan kembali dan beriman, dan keadaan iman bermanfaat sesudah mati merupakan satu keistimewaan khusus bagi keduanya dan karomah bagi beliau. Ambillah pendapat ini, niscaya kamu selamat. "Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian), dan Allah mempunyai karunia yang besar." (Al-Baqarah: 105)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar