Jumat, 25 Desember 2009

BERPEGANG PADA QUR'AN DAN SUNNAH

Berkata Al-Imam Al-'Allaamah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad Al-Husaini Al-'Alawi :

Hendaknya Anda selalu berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah, sebab kedua-duanya adalah (inti) agama Allah yang benar dan jalan-Nya yang lurus. Siapa saja berpegang erat-erat pada keduanya, akan selamat dan beruntung, dan siapa saja menyimpang dari kedua-duanya akan sesat dan bisana. Maka jadikanlah kedua-duanya sebagai pemerata jalanmu serta kendali hidupmu.

Kembalilah kepada kedua-duanya dalam segala urusanmu demi mematuhi wasiat Allah dan Rasul-Nya seperti tercantum dalam firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan dan taatilah Rasul-Nya dan para pemimpinmu yang berasal darimu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisa, 4:59)

Dan telah bersabda Rasulullah SAW:
Kuberpesan kepada kalian dengan sesuatu yang bila kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian takkan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.

Maka bila Anda ingin selalu berada di jalan kebenaran yang tak ada kebengkokan dan keraguan padanya, ukurlah selalu niat, akhlak, perbuatan, dan ucapanmu dengan Al-Kitab dan As-Sunnah. Ambillah apa saja yang bersesuaian dan tinggalkan apa saja yang bertentangan dengan kedua-duanya. Dan bertindaklah dengan hati-hati dan ikutilah yang terbaik selalu.

Jauhi Bid'ah

Jangan berbuat hal-hal yang diada-adakan (bid'ah) dalam agama dan jangan mengikuti selain jalan kaum mukminin, sehingga Anda tidak mengalami kerugian di dunia dan akhirat, sebab itulah kerugian senyata-nyatanya. Hindarkanlah dirimu dari bid'ah serta pendapat-pendapat yang saling bertentangan. Rasulullah SAW telah bersabda:

Setiap sesuatu yang diada-adakan (dalam urusan agama) adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan.

Dan telah bersabda pula SAW:

Barangsiapa mengada-adakan sesuatu dalam agama kita ini, maka perbuatannya itu tertolak.

Bid'ah terbagi atas tiga macam:

  1. Bid'ah Hasanah (yang berupa kebaikan), yang dicontohkan oleh para imam yang benar dan yang bersesuaian dengan Al-Kitab dan Sunnah, yakni ditinjau dari segi pengutamaan segala sesuatu yang paling tepat, paling bermanfaat dan paling baik. Contohnya, pengumpulan Al-Quran dalam satu mushaf (dalam bentuk kitab) seperti dilakukan oleh sayidina Abu Bakar, atau pencatatan Diwan (daftar tunjangan rakyat) serta salat Tarawih seperti dilakukan oleh sayidina Umar, atau tambahan azan pertama pada hari Jum'at seperti dilakukan oleh sayidina Utsman, atau hukum memerangi kaum bughat (yakni kaum pemberontak) seperti dilakukan oleh sayidina Ali - semoga Allah merahmatinya bersama ketiga khalifah sebelumnya -.
  2. Bid'ah Madzmumah (tercela) - dalam pemahaman kezuhudan dan qana'ah - semata-mata, seperti sikap kurang mengekang diri dalam berpakaian, makan dan perumahan yang hukumnya mubah.
  3. Bid'ah Madzmumah (tercela) secara mutlak, yaitu hal-hal yang bertentangan dengan nash-nash Al-Kitab dan as-Sunnah atau melanggar ijma (kesepakatan) umat.
Seringkali ahli bid'ah terjerumus ke dalam bid'ah terutama di bidang ushul (akidah) dan agak jarang di bidang furu' (aturan-aturan syari'at). Siapa saja tidak bersungguh-sungguh dalam berpegang pada Al-Kitab dan As-Sunnah serta tidak mencurahkan segenap daya upayanya untuk mengikuti jejak Rasul SAW, sementara mendakwakan dirinya memiliki kedudukan mulia di sisi Allah, janganlah sekali-kali Anda mendengarkan omongannya ataupun menujukan perhatian kepadanya, walaupun sekiranya ia dapat terbang di udara, berjalan di atas air, menggulung jarak-jarak perjalanan yang jauh atau menembus (bertentangan dengan) kebiasaan-kebiasaan yang berlaku lainnya. Keajaiban-keajabaian seperti itu juga sering terjadi pada diri setan-setan, tukang-tukang sihir dan tenung, ahli-ahli nujum dan peramal, serta orang-orang sesat selain mereka. Hal-hal seperti itu justru merupakan istidraj ataupun hasil penipuan. Dan tidak mungkin dianggap suatu karamah ataupun pertolongan dari Allah kecuali bila timbulnya dari orang-orang yang benar-benar ber-Istiqamah dalam hidupnya.

Para penipu seperti itu hanyalah berhasil melakukan tipuan-tipuan mereka itu terhadap orang-orang awam yang dungu, yakni mereka yang diliputi keraguan dalam ibadah mereka kepada Allah SWT. Adapun orang-orang berakal dan berpikiran sehat pasti benar-benar mengerti bahwa jenjang perbedaan antara sesama kaum mukminin dalam kedekatan dengan mereka kepada Allah SWT ialah sesuai dengan jenjang perbedaan antara mereka dalam hal mengikuti jejak Rasul SAW. Makin sempurna seseorang mengikuti beliau, makin sempurna pula kedekatannya kepada Allah dan makin besar ma'rifatnya tentang Allah.

Diriwayatkan bahwa Abu Yazid Al-Busthami pernah hendak mengunjungi seseorang yang dikenal sebagai seorang wali. Ia duduk di masjid seraya menunggu kedatanganya. Namun ketika muncul, dilihatnya orang itu berdahak dan membuang dahaknya di dinding masjid. Segea Abu Yazid pulang sebelum sempat duduk bersamanya seraya berkata, "Bagaimana orang seperti itu dapat dipercaya dalam memegang rahasia-rahasia Allah sedangkan ia tidak berpegang pada adab-adab syari'at?"

Dan telah berkata Al-Junaid (rahimahullah): "Semua jalan tertutup kecuali bagi siapa yang mengikuti jejak Rasul SAW."

Dan berkatalah Sahl bin Abdullah (rahimahullah): "Tiada penolong kecuali Allah, tiada penunjuk jalan kecuali Rasulullah, tiada bekal kecuali takwa dan tiada amal kecuali tekun dan sabar di dalamnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar