Jumat, 30 April 2010

TOBAT

Para salaf shalih senantiasa bertobat dan memohon ampun, siang maupun malam. Karena, mereka senantiasa merasa tidak pernah bisa lepas dari dosa dalam melakukan beragam aktivitas, bahkan saat melakukan ketaatan. Lalu, mereka memohon ampun atas ketidak khusyuan serta tidak adanya perasaan diawasi oleh Allah Ta'ala saat melakukan ketaatan. Para salaf shalih telah sampai pada tingkat seperti ini. Berbeda dengan para ahli tasawuf (an sich) di zaman sekarang.
Aku pernah mendengar salah seorang ahli tasawuf di zaman ini berkata, "Alhamdulillah, kami adalah orang-orang yang tidak berdosa." Lalu, aku bertanya kepadanya, "Bagaimana bisa seperti ini?" Ia menjawab, "Karena kami menyaksikan bahwa Allah Ta'ala Yang Maha Pelaku dalam semua tindakan kami, bukan kami." Kemudian, aku berkata kepadanya, "Kalau demikian, engkau wajib beristighfar dan bertobat, karena engkau telah menghancurkan seluruh rukun syariat dan membatalkan batasan-batasannya. Sungguh, kalaulah aku memiliki kuasa, tentu akan kupenggal leher orang sepertimu. Sungguh, para nabi, rasul dan orang-orang mulia menyaksi bahwa Allah Ta'ala adalah Pencipta semua perilaku mereka, tetapi mereka tetap memohon ampun dan menangis, hingga rumput tumbuh di siram air mata mereka."
Rasulullah saw bersabda, "Aku peringatkan kepada kalian tentang penyakit dan obat kalian. Sungguh, penyakit kalian adalah dosa, dan obatnya adalah istighfar."

Rabu, 28 April 2010

NAWAFIL

Para salaf shalih tidak pernah menganggap remeh berbagai amal keutamaan (sunat) yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Bahkan, mereka lebih banyak melakukannya. Kalaupun mereka telah banyak melakukannya, mereka tetap tidak menganggap bahwa mereka telah memperoleh pahala keutamaan yang sempurna.

Senin, 26 April 2010

TAWADHU

Para salaf shalih akan semakin tawadhu setiap kali mengalami kenaikan maqam. Berbeda dengan keadaan orang yang semakin mendekati lampu. Jika seseorang semakin dekat dengan lampu, ia akan merasa diri semakin besar, karena bayangannya yang bertambah besar. Sedangkan para salaf shalih, semakin mereka dekat dengan Allah Ta'ala, mereka semakin merasa hina, bahkan merasa diri lebih kecil dari nyamuk. Itu terjadi karena, saat semakin dekat kepada Allah Ta'ala, mereka semakin jelas menyaksikan keagungan-Nya.
Iblis diusir dari hadapan-Nya karena kesombongannya, karena dia berkata, "Aku lebih baik darinya (Adam)." Saudaraku pahamilah hal ini! jika engkau melihat seorang faqir bersikap sombong, jauhilah ia! Sungguh, ia adalah musuh Allah. Ibn Abbas ra pernah berkata, "Allah Ta'ala telah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as : Wahai Musa! Makhluk-Ku yang paling Kubenci adalah orang yang hatinya sombong, lidahnya kasar, tangannya bakhil, dan akhlaknya buruk."

Sabtu, 24 April 2010

'UZLAH

Para salaf shalih selalu melakukan 'uzlah (pengasingan diri). Mereka bergaul dengan orang lain hanya demi kemaslahatan syar'i. dalam perilaku seperti ini, para salaf memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
Orang yang banyak bergaul dengan masyarakat luas, dianggap keluar dari jalan salaf shalih, bahkan kehilangan manfaat. Karena, orang yang banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas, akan hina dan jatuh di mata mereka. Mereka pun akan memandangnya tidak berbeda dengan mereka dalam hal kehinaan akhlak dan kelalaian akan Allah Ta'ala.
Aku masih ingat, suatu hari, aku mengunjungi seorang syaikh. Pertemuanku dengannya nyaris terbebas dari ghibah, meskipun masih ada sedikit. Setelah pertemuan kali itu, aku sengaja jarang menunjunginya, aku akan mencoreng keberagamaanku dan keberagamaannya, bukan karena ku meremehkan haknya. Jika dalam pertemuan dengan para syaikh saja bisa muncul ghibah, bagaimana dalam pertemuan dengan selain mereka?! Maka, wahai saudaraku, jagalah dirimu dengan baik setiap kali mengunjungi seseorang di zaman sekarang. Jangan meremehkan masalah ini!

Jumat, 23 April 2010

SALING BERKIRIM SURAT

Para salaf shalih sering berkirim surat berisi nasihat, jika satu sama lainnya berjauhan tempat. Yang menerimanya pun akan sangat senang dan bersyukur atas nasihat tersebut. Berbeda dengan orang-orang di zaman sekarang yang jika engkau menasehati salah seorang di antara mereka, ia akan segera mencari-cari aib dirimu untuk bahan ejekan. Salah seorang salaf yang pernah kutemui memiliki kebiasaan seperti ini (berkirim surat) adalah Syaikh al-Kaazawaani yang tinggal di Makkah Mukarramah. Suatu hari, Syaikh Muhammad bin Iraaq mengiriminya surat yang tak mungkin diemban gunung-gunung. dan Syaikh al-Kaazawaanii sangat senang dengan nasihat isi surat itu, ia berkata, "Syaikh Muhammad telah mengoreksi kami, semoga Allah Ta'ala memberinya pahal keaikan atas nasihatnya kepada kami."

Sabtu, 17 April 2010

MENGHINDARI PERSETERUAN

Para salaf shalih senantiasa menjauhi perseteruan dengan orang lain, bahkan lebih banyak bergaul dan tidak menerima yang lain dengan penerimaan yang buruk. Meskipun orang lain memusuhi mereka, mereka tidak memusuhi seorang pun. Kami medengar riwayat bahwa Nabi Dawud as pernah berkata kepada putranya, "Anakku! jangan menganggap sedikit satu musuhmu, dan jangan menganggap banyak seribu temanmu."

MENJALIN PERSAUDARAAN (2)

Para salaf shalih hanya menjadikan orang lain sebagai saudara jika mereka tahu bahwa diri mereka bisa memenuhi haknya. Sungguh, jika engkau tidak memenuhi hak saudaramu, berarti sebenarnya ia bukan siapa-siapa bagimu.

RAMAH

Para salaf shalih senantiasa bersikap ramah terhadap orang yang minta kepada mereka, tidak pernah menolaknya. Dan mereka menganggap bahwa si peminta hanya meminta sesuatu yang memang dibutuhannya.

SEDEKAH

Para salaf shalih senantiasa menyediakan semua kelebihan harta yang mereka miliki, baik di siang hari maupun malam, secara sembunyi maupun terang-terangan. Jika mereka tidak memiliki kelebihan harta untuk disedekahkan, mereka bersedekah dengan 'tidak menyakiti' orang lain, atau dengan bersikap sabar atas perilaku orang lain yang enyakitkan mereka.
Sedekah orang-orang fakir di zaman dulu lebih besar dari pada sedekah orang-orang kaya. Karena, orang-orang fakir di zaman dulu tidak pernah menimbun harta dan makanan, berbeda dengan orang-orang kaya. Dibanding orang kaya, orang-orang fakir lebih harum jiwanya dalam sedekah. Kesempurnaan iman orang fakir salaf shalih tampak pada kedermawanannya terhadap orang-orang yang butu, dan mereka tidak kikir.

TIDAK MAKAN BARANG SYUBHAT

Para salaf shalih tidak memenuhi undangan makan dari orang yang dalam hartanya terdapat syubhat, misalnya: undangan makan dari para penguasa, pelawak, hakim, pendusta, syikh negara, pedagang yang menjual barangnya dengan cara zhalim, dan orang-orang sejenis lainnya. bahkan, mereka tidak suka meminta harta apapun-yang halal-yang dimiliki orang lain.
Salah satu ciri makanan syubhat adalah, makanan yang disajikan sangat beragam jenisnya. Sungguh, jika seseorang mencari makanan yang halal, tentu ia tidak akan mendapat banyak, dan ia pun tidak akan bisa menyajikannya beraneka ragam. Karena itu, rasulullah saw pernah melarang makan makanan orang-orang yang suka berlebihan (mubazir) nan sombong.

MEMULIAKAN TAMU

Para salaf shalih senantiasa memuliakan dan menjamu tamu. Mereka melayaninya sendiri, tidak mewakilkan kepada orang lain, kecuali jika ada udzur syara'. Bahkan, dengan semua layanan dan jamuan khusus yang mereka berikan, mereka tetap tidak memandang diri telah memenuhi hak para tamu yang datang kepada mereka. Semua itu dilakuka agar tetamu tidak menjadi berdosa karena erburuk sangka kepada mereka dengan menganggap mereka sebagai orang kikir.
Rasulullah saw melayani sendiri tamu yang datang bertandang kepada beliau. Demikian juga para saabat dan tabi'in ra. Ketika utusan an-Najasyi datang bertamu kepada Rasulullah saw, Rasul tidak mengizinkan seorang pun untuk meayani sang utusan itu sang utusan itu, dan beliau melayaninya sendiri. Beliau berkata, "Mereka adalah sahabat kita yang mulia. Karena itu, aku ingin aku sendiri yang menghormati dan menjamu mereka."
Para salaf shalih ada yang memandang bahwa alam penjamuan tamu seperti malam Hari Raya. Karena bagi mereka, kedatangan tamu berarti mendapat bahagia.

Sabtu, 10 April 2010

MENJALIN PERSAUDARAAN (1)

www.fauzirosid.blogspot.com


Para salaf shalih tidak tergesa-gesa dalam membangun persaudaraan dengan mengatasnamakan Allah, bahkan mereka lebih banyak menunggu dalam hal yang sunat ini, sebagai tatakrama terhadap Allah. Supaya jangan sampai mereka menjalin persaudaraan atau persahabatan dengan seseorang tanpa mengetahui hak-haknya. Sebab, jika mereka telah menjadikan seseorang sebagai saudaranya, mereka mesti memenuhi hak-haknya, karena apa yang menjadi maslaahnya, erarti menjadi maslaah mereka, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.
Lain halnya dengan orang di zaman sekarang. Mereka tergesa-gesa dalam menjalin persaudaraan dan persahabatan. Namun, pada waktu yang singkat, mereka kemudian saling bermusuhan. Para salaf shalih berkata, "Kerusakan di akhir berasal dari kerusakan di permulaan."

BERBUAT BAIK TERHADAP SESAMA

www.fauzirosid@blogspot.com

Para salaf shalih sangat gemar berbuat baik kepada sesama, mereka suka memberi kelapangan dan kegembiraan satu sama lain. Mereka juga selalu mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan diri sendiri.

DERMAWAN DAN TOLERAN

Para salaf shalih sangat berbaik hati,dermawan, mengorbankan harta dan toleran terhadap teman, baik saat bepergian maupun berada di tempat tinggal. Sungguh, semua itu akan menegakkan pertolongan agama yang merupakan tujuan mereka. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Jika orang-orang kaya di antara kalian adalah orang-orang dermawan di antara kalian, para pemimpin kalian adalah orang-orang pilihan di antara kalian, dan segala urusan kalian dimusyawarahkan di antara kalian, tentu punggung bumi lebih baik bagi kalian daripada perut bumi. Tetapi, jika orang-orang kaya di antara kalian adalah orang-orang kikir, para pemimpin kalian adalah orang-orang jahat, serta semua urusan diserahkan kepada perempuan-perempuan kalian, tentu perut bumi lebih baik bagi kalian daripada punggungnya."

Kamis, 08 April 2010

BERSIKAP KSATRIA DAN BERBUDI LUHUR

fauzirosid@blogspot.com

Para salaf shalih selalu bersikap ksatria (futuwwah) dan berbudi luhur (muru'ah), dengan meneladani akhlak Rasulullah saw, para sahabat, tabi'in, dan ulama yang mengamalkan ilmunya, semoga Allah meridhoi mereka semua. Sungguh, tidak ada kebaikan pada orang yang sama sekali tidak memiliki sikap ksatria dan budi yang mulia, meskipun ia telah melakukan ibadah yang sangat berat.

TEGAS DALAM AKHLAK YANG BAIK

Para salaf shalih memiliki akhlak yang baik serta perangai yang tegas, meneladani akhlak Rasulullah saw dan sebagai pengamalan sabda beliau, "Pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik."

MEMBACA AIB DIRI

fauzirosid@blogspot.com


Para salaf shalih senantiasa menyibukkan diri dengan aib diri sendiri, sehingga mereka tidak sempat lagi mengurusi aib orang lain. Sikap ini merupakan pengamalan firman Allah Ta'ala, "Dan terhadap diri-diri kamu semua, tidakkah kamu perhatikan?" dan pengamalan hadis, "Berbahagialah orang yang menyibukkan diri dengan aib dirinya sendiri daripada mengurusi aib orang lain", serta: "Barangsiapa mencari-cari aib orang lain, dihitung dalam golongan setan-setan", yakni jauh dari rahmat Allah Ta'ala. Mereka para ahli Allah, tidak akan rela membiarkan diri jauh dari rahmat Allah Ta'ala.

FITNAH DAN ADU DOMBA

fauzirosid@blogspot.com

Para salaf shalih akan menyembunyikan berbagai rahasia (sir), tidak seorang pun yang mereka kabari tentang apa yang mereka dengar sebagai haknya. Mereka mengatakan, "Hati orang merdeka merupakan kuburan rahasia." Jika bukan ahli Allah yang menyembunyikan rahasia itu, siapa lagi yang akan menyembunyikannya?
Di zaman sekarang, akhlak seperti ini sudah sangat asing. Banyak syeikh di zaman sekarang yang mungkin mendengar suatu rahasia, lalu menceritakan rahasia itu kepada setiap orang yang bertamu kepadanya. Kemudian, misalnya ia berkata, "Seorang wali Allah telah mengabarkannya kepadaku." Padahal dalam rahasia yang didengarnya itu ada kabar tentang kehancuran suatu kampung. Orang seperti ini tidak layak mendapat predikat wali Allah, bahkan mungkin ia bisa disebut sebagai fasiq, karena telah menebar permusuhan dan kerusakan di antara manusia, walaupun ia tidak bermaksud demikian.

Sabtu, 03 April 2010

TENTANG WASWAS

fauzirosid@blogspot.com

Para salaf shalih tidak waswas dalam wudhu, shalat, maupun bacaan-bacaan lain dalam praktik ibadah keseharian, disertai tingkat kehati-hatian (wara') yang sempurna. Waswas berasal dari kegelapan hati, kegelapan hati berasal dari kegelapan amal, dan kegelapan amal muncul karena MAKAN barang HARAM dan SYUBHAT. Jika seseorang telah terbebas dari barang haram dan syubhat, serta hanya makan yang halal, Iblis tidak akan menemu jalan untuk mencelakakannya. Orang yang makan barang haram atau syubhat -- misalnya makanan yang diperoleh dari kezhaliman, dari para penipu, penguasa zhalim, para hakim culas -- tidak akan bisa sampai pada khusyu dan hudhur di hadapan Allah dalam setiap peribadatannya, ia juga tidak akan mengetahui kewajiban apa saja yang telah dilakukan dan ditinggalkannya. Orang seperti ini hanya akan mendapat lelah dan kepayahan. Tidak akan mendapat keteguhan dalam niat shalatnya, seakan-akan ia sedang berburu sesuatu yang lepas dari genggamannya.

Jumat, 02 April 2010

BAHAYA GHIBAH

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih menutup pintu ghibah rapat-rapat di majelis mereka, agar majelis mereka tidak menjadi majelis dosa. Agar di hari kiamat kelak, (pahala) hadis dan wirid yang mereka baca di majelis tersebut tidak menjadi hancur karena ghibah. Syekh Afdhaluddiin ra. berkata, "Banyak sekali amal shalih yang kulakukan pada waktu-waktu tertentu, menjadi amal yang kelak di hari kiamat akan diberikan kepada musuh-musuhku, mereka yang memiliki harta padaku yang mesti kupertanggungjawabkan."

TIDAK BANYAK BICARA

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih senantiasa berada dalam keadaan sangat lapar dan tidak membiarkan perutnya penuh makanan. Itu mereka lakukan agar mereka tidak banyak bicara dan bercanda, sebagaimana dilakukan oleh para ulama yang mengamalkan ilmunya. Sungguh, orang yang kenyang akan banyak bicara ngawur. Muhammad ar-Raahibii berkata, "Barangsiapa memasukkan makanan lebih dari yang dibutuhkan ke dalam perutnya, dari lisannya akan keluar kata-kata lebih dari yang dibutuhkan untuk dikatakan."

Kamis, 01 April 2010

HASAD

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih tidak berbuat hasad kepada sesama muslim, dan mereka senantiasa memberi nasihat kepada sesama sesuai dengan tuntunan syariah. Dengan demikian mereka menjadi yang dipertuan di tengah-tengah masyarakat.Kalau saja di dalam hati mereka masih ada sifat hasad atau iri kepada seseorang, tentu mereka tidak akan menjadi tuan, dan para penguasa pun tidak akan meminta bantuan mereka.

HIKMAH

fauzirosid.blogspot.com
Para salaf shalih lebih banyak diam daripada berbicara. Kalaupun berbicara, pembicaraannya sederhana penuh hikmah dan mudah dipahami orang yang diajak bicara. Rasulullah saw bersabda, "Aku telah diberi kata-kata sederhana penuh makna, dan untukku, kalimat telah diringkaskan."