Rabu, 17 April 2013
AGAR RUMAH TANGGA BAHAGIA
Assalaamu
alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. Hal yg sederhana tetapi akan
membuat rumah tangga penuh rahmat Allah, rukun, damai, mesra, bahagia,
Syurga Sebelum Syurga, yaitu "almawaddah" (QS Ar Rum:21), diantara
maknanya Rasulullah menyebut dg "AlQobuulah" ciuman rahmat, ciuman kasih
sayang, ciuman suami istri, orang tua, anak, kakak, adik, setiap hari,
setiap selesai sholat, setiap mau pergi,
pulang, sebelum tidur, sebelum makan, ciuman kejutan, ciuman hadiah
dan sebagainya. Maka suami istri semakin mesra, orang tua anak semakin
dekat, kakak adik semakin sayang dsb. Hasilnya sangat membahagiakan,
sentuhan fisik ciuman membawa sentuhan batin, "love all, happy all".
Silahkan coba sahabatku, tidak ada kata terlambat u memulai. InsyaAllah
semakin indaaaaah...aamiin.
AGAR TAUBAT TETAP TERJAGA
Assalaamu
alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. Lantas gimana bang cara aku
agar taubat terjaga? 1 .Bertekad untuk taubatan nashuhan, "Mereka yg
sungguh-sungguh dijalan Allah, niscaya Allah tunjukkan jalan meraih
hidayah-Nya " (QS al Ankabut : 69). 2. Selalu berdoa agar istiqomah. 3.
Baca Al-qur'an dan hadist dg pemahaman, 4. Duduk di majelis ilmu dan
zikir. 5. Jadwalkan rutin untuk berjumpa pada
guru yg istiqomah. 6. Bersahabat akrab dg orang-orang sholeh. 7.
Sibukkan diri dg aktifitas ibadah dan amal sholeh yg membuat iman selalu
terjaga; seperti, tahajjud, berjamaah di mesjid, dhuha, sedekah, selalu
menjaga wudhu dan lain-lain. 8. Tidak mendekat pada tempat maksiyat
lagi. 9. Kalau belum kuat iman, hijrah pergaulan saja, kecuali kalau
sudah mantab iman, silahkan mendatangi teman-teman yg masih maksiat
untuk mengajak mereka bertaubat. "Allahumma ya Allah jadikanlah kami
sebagai hamba-hambaMu yg sungguh-sungguh bertaubat kepada-Mu ...aamiin".
Tanda tanda hati yang mati
Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu.
Sahabatku, kembali malam ini sebelum tidur kusampaikan diantara tanda-tanda hati yg mati :
1."Tarkush sholah" Berani meninggalkan sholat fardhu.
2. "Adzdzanbu bil farhi" Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar (QS al A'raf 3).
3. "Karhul Qur'an" Tidak mau membaca Alqur'an.
4. "Hubbul ma'asyi" Terus menerus ma'siyat.
5. "Asikhru" Sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka, serta merasa dirinya selalu lebih suci.
6. "Ghodbul ulamai" Sangat benci dg nasehat baik dan ulama.
7, "Qolbul hajari" Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan dan akhirat.
8. "Himmatuhul bathni" Gilanya pada dunia tanpa peduli halal haram yg penting kaya.
10. "Anaaniyyun" tidak mau tau, "cuek" atau masa bodoh keadaan orang lain, bahkan pada keluarganya sendiri sekalipun menderita.
11. "Al intiqoom" Pendendam hebat.
12. "Albukhlu" sangat pelit.
13. "Ghodhbaanun" cepat marah karena keangkuhan dan dengki.
14. "Asysyirku" syirik dan percaya sekali kpd dukun & prakteknya.
"Semoga ALLAH menghiasi hati kita dg keindahan iman dan kemuliaan akhlak...aamiin".
Sahabatku, kembali malam ini sebelum tidur kusampaikan diantara tanda-tanda hati yg mati :
1."Tarkush sholah" Berani meninggalkan sholat fardhu.
2. "Adzdzanbu bil farhi" Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar (QS al A'raf 3).
3. "Karhul Qur'an" Tidak mau membaca Alqur'an.
4. "Hubbul ma'asyi" Terus menerus ma'siyat.
5. "Asikhru" Sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka, serta merasa dirinya selalu lebih suci.
6. "Ghodbul ulamai" Sangat benci dg nasehat baik dan ulama.
7, "Qolbul hajari" Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan dan akhirat.
8. "Himmatuhul bathni" Gilanya pada dunia tanpa peduli halal haram yg penting kaya.
10. "Anaaniyyun" tidak mau tau, "cuek" atau masa bodoh keadaan orang lain, bahkan pada keluarganya sendiri sekalipun menderita.
11. "Al intiqoom" Pendendam hebat.
12. "Albukhlu" sangat pelit.
13. "Ghodhbaanun" cepat marah karena keangkuhan dan dengki.
14. "Asysyirku" syirik dan percaya sekali kpd dukun & prakteknya.
"Semoga ALLAH menghiasi hati kita dg keindahan iman dan kemuliaan akhlak...aamiin".
MENGAJARKAN ANAK
Mengajarkan ilmu kepada anak, ibarat mengukir diatas batu. Ilmu
apapun yang orang tua berikan kepada anak akan dengan mudah terserap.
Ini tidaklah mengherankan, karena ketika anak dilahirkan mereka memiliki
100 miliar neuron di otaknya. Jika diumpamakan satu unit komputer
memiliki 100 neuron (jaringan) maka otak anak akan sama dengan 1 miliar
unit komputer. Karena itulah, anak-anak memiliki karakteristik ingatan
yang kuat. Maka, disinilah waktu yang tepat untuk para orang tua untuk
mengajarkan mereka tentang akidah yang benar, namun tetap dengan bahasa
yang mereka bisa pahami. Dan yang lebih penting orangtuanya juga harus
terus belajar Agama.
ALLAH SWT MAHA PEMBERI RIZKI
Banyak orang yang telah berusaha dengan segenap tenaga dan pikirannya,
tetapi rezeki tidak datang, bahkan tidak jarang justru merugi.
Sebaliknya, sangat banyak fakta bahwa rezeki datang kepada seseorang
tanpa dia melakukan usaha apapun. Ini menunjukkan bahwa usaha bukan
sebab bagi datangnya rezeki. Rezeki tidak berada di tangan manusia.
Allahlah yang menentukan rezeki itu datang kepada manusia dan Dia
memberinya kepada manusia menurut kehendak-Nya. Banyak ayat al-Quran
menegaskan secara pasti bahwa rezeki semata ada di tangan Allah dan
Allahlah yang memberi rezeki (QS. al-Baqarah [2]: 172, 212, 254; Ali
Imran [3]: 27, 37; al-An’am [6]: 142; al-‘Ankabut [29]: 60; ar-Rum [30]:
40; dsb). Dia meluaskan dan menyempitkan rezeki seseorang sesuai dengan
kehendakNya. (QS. ar-Ra’d [13]: 26; al-Isra’ [17]: 30; al-Qashshash
[28]: 82; al-‘Ankabut [29]: 62; ar-Rum [30]: 37; Saba’ [34]: 36;
az-Zumar [39]: 52; asy-Syura [42]: 12).
Sesuai kehendak-Nya, Dia memberi rezeki kepada seseorang dari arah yang tidak disangka-sangka. Karena itu, Allah SWT berfirman (artinya): Mintalah rezeki itu di sisi Allah (QS. al-‘Ankabut [29]: 17). Jadi, rezeki semata di tangan Allah dan hanya Allahlah yang memberi rezeki. Ini adalah keyakinan yang harus diimani.
Imam Muslim meriwayatkan dari Ibn Mas’ud bahwa pada usia kandungan 120 hari, Allah mengutus malaikat untuk menuliskan beberapa ketetapan atas janin itu, termasuk ketetapan rezeki dan ajalnya. Para ulama menjelaskan, yaitu ketetapan sedikit dan banyaknya rezeki. Sedikit dan banyaknya rezeki atau kaya dan miskinnya seorang hamba tidak akan dihisab oleh Allah karena itu semata adalah ketetapan Allah.
Allah SWT meluaskan dan menyempitkan rezeki seorang hamba sesuai kehendak-Nya. Itu adalah ujian bagi hamba (QS. al-Fajr [89]: 15-16). Kaya dan miskin tidak bersifat baik atau buruk dengan sendirinya; juga tidak menentukan mulia dan hinanya seseorang. Namun, kaya dan miskin itu menjadi baik atau buruk, memuliakan atau menghinakan, ditentukan oleh penyikapan terhadapnya.
Rezeki seorang hamba telah dijamin oleh Allah. Porsi dan takarannya juga telah ditetapkan. Jika hamba itu memintanya dengan jalan yang halal ataupun dengan jalan yang haram, Allah berikan. Namun, Allah akan menanyai tatacara perolehan dan pembelanjaan harta itu.
اَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat hingga ia ditanya:Umurnya dia habiskan untuk apa; ilmunya diamalkan untuk apa; hartanya dari mana ia peroleh dan dibelanjakan untuk apa dan tubuhnya digunakan untuk apa. (HR at-Tirmidzi).
Seret atau tertundanya rezeki hendaknya tidak membuat seseorang tergesa-gesa lalu memintanya kepada Allah dan mencarinya dengan jalan yang haram. Rasul saw. berpesan:
إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِيْ رَوْعِيْ: إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتُ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِيْ الطَّلَبِ وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِيْ اللهِ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرَكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
Malaikat Jibril membisikkan di dalam hatiku, bahwa suatu jiwa tidak akan mati hingga telah sempurna rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan carilah (rezeki) dengan cara yang baik —halal, proporsional dan tidak tersibukkan dengannya— dan hendaklah tertundanya (lambatnya datang) rezeki tidak mendorong kalian untuk mencarinya dengan kemaksiatan kepada Allah, karena sesungguhnya keridhaan di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan ketaatan kepada-Nya (HR Abu Nu’aim, al-Baihaqi dan al-Bazar dari Ibn Mas’ud).
Keimanan tentang rezeki itu menjadi salah satu kunci seorang tidak akan tersibukkan dengan dunia, tidak menjadi pemburu harta, bisa bersikap zuhud, giat beramal, berdakwah amar makruf nahi mungkar dan ketaatan pada umumnya. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang rahasia zuhudnya. Beliau menjawab, “Aku tahu rezekiku tidak akan bisa diambil orang lain.Karena itu, hatikupun jadi tenteram. Aku tahu amalku tidak akan bisa dilakukan oleh selainku. Karena itu, aku pun sibuk beramal. Aku tahu Allah selalu mengawasiku. Karena itu, aku malu jika Dia melihatku di atas kemaksiatan. Aku pun tahu kematian menungguku. Karena itu, aku mempersiapkan bekal untuk berjumpa dengan-Nya.”
Melapangkan rizki bisa dengan bersedekah, istighfar dimana Islam memberikan tuntunannya yang pada hakikatnya agar hati kita meyakini akan janji Allah SWT sebagai maha pemberi rizki, agar tidak terlalaikan oleh kehidupan dunia yang menipu dalam segala aspeknya, dan beramal juga untuk membentengi hati dari bisikan syetan agar kita selalu dalam keingkaran hingga nantinya merugi. Naudzubillah min dzalik.
Sesuai kehendak-Nya, Dia memberi rezeki kepada seseorang dari arah yang tidak disangka-sangka. Karena itu, Allah SWT berfirman (artinya): Mintalah rezeki itu di sisi Allah (QS. al-‘Ankabut [29]: 17). Jadi, rezeki semata di tangan Allah dan hanya Allahlah yang memberi rezeki. Ini adalah keyakinan yang harus diimani.
Imam Muslim meriwayatkan dari Ibn Mas’ud bahwa pada usia kandungan 120 hari, Allah mengutus malaikat untuk menuliskan beberapa ketetapan atas janin itu, termasuk ketetapan rezeki dan ajalnya. Para ulama menjelaskan, yaitu ketetapan sedikit dan banyaknya rezeki. Sedikit dan banyaknya rezeki atau kaya dan miskinnya seorang hamba tidak akan dihisab oleh Allah karena itu semata adalah ketetapan Allah.
Allah SWT meluaskan dan menyempitkan rezeki seorang hamba sesuai kehendak-Nya. Itu adalah ujian bagi hamba (QS. al-Fajr [89]: 15-16). Kaya dan miskin tidak bersifat baik atau buruk dengan sendirinya; juga tidak menentukan mulia dan hinanya seseorang. Namun, kaya dan miskin itu menjadi baik atau buruk, memuliakan atau menghinakan, ditentukan oleh penyikapan terhadapnya.
Rezeki seorang hamba telah dijamin oleh Allah. Porsi dan takarannya juga telah ditetapkan. Jika hamba itu memintanya dengan jalan yang halal ataupun dengan jalan yang haram, Allah berikan. Namun, Allah akan menanyai tatacara perolehan dan pembelanjaan harta itu.
اَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat hingga ia ditanya:Umurnya dia habiskan untuk apa; ilmunya diamalkan untuk apa; hartanya dari mana ia peroleh dan dibelanjakan untuk apa dan tubuhnya digunakan untuk apa. (HR at-Tirmidzi).
Seret atau tertundanya rezeki hendaknya tidak membuat seseorang tergesa-gesa lalu memintanya kepada Allah dan mencarinya dengan jalan yang haram. Rasul saw. berpesan:
إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِيْ رَوْعِيْ: إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتُ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِيْ الطَّلَبِ وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِيْ اللهِ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرَكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
Malaikat Jibril membisikkan di dalam hatiku, bahwa suatu jiwa tidak akan mati hingga telah sempurna rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan carilah (rezeki) dengan cara yang baik —halal, proporsional dan tidak tersibukkan dengannya— dan hendaklah tertundanya (lambatnya datang) rezeki tidak mendorong kalian untuk mencarinya dengan kemaksiatan kepada Allah, karena sesungguhnya keridhaan di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan ketaatan kepada-Nya (HR Abu Nu’aim, al-Baihaqi dan al-Bazar dari Ibn Mas’ud).
Keimanan tentang rezeki itu menjadi salah satu kunci seorang tidak akan tersibukkan dengan dunia, tidak menjadi pemburu harta, bisa bersikap zuhud, giat beramal, berdakwah amar makruf nahi mungkar dan ketaatan pada umumnya. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang rahasia zuhudnya. Beliau menjawab, “Aku tahu rezekiku tidak akan bisa diambil orang lain.Karena itu, hatikupun jadi tenteram. Aku tahu amalku tidak akan bisa dilakukan oleh selainku. Karena itu, aku pun sibuk beramal. Aku tahu Allah selalu mengawasiku. Karena itu, aku malu jika Dia melihatku di atas kemaksiatan. Aku pun tahu kematian menungguku. Karena itu, aku mempersiapkan bekal untuk berjumpa dengan-Nya.”
Melapangkan rizki bisa dengan bersedekah, istighfar dimana Islam memberikan tuntunannya yang pada hakikatnya agar hati kita meyakini akan janji Allah SWT sebagai maha pemberi rizki, agar tidak terlalaikan oleh kehidupan dunia yang menipu dalam segala aspeknya, dan beramal juga untuk membentengi hati dari bisikan syetan agar kita selalu dalam keingkaran hingga nantinya merugi. Naudzubillah min dzalik.
Langganan:
Postingan (Atom)